Page 4 - @EH
P. 4
Starting point yang harus kita pegang erat2 sebagai pondasi kita untuk berpikir dan
bertindak adalah bahwa kemungkinan besar cobaan itu justru datang dari manusia,
bahkan manusia yang kedudukannya paling dekat dengan kita.
Pijakan berpikir kedua kita adalah sebuah kesadaran akan pemahaman bahwa
sesungguhnya yang terjadi dan yang akan menimpa diri manusia itu adalah sudah
ada dalam catatan Ilahi sehingga harus dihadapi, dan manusia itu hanya sebagai
pelantara saja, sehingga dengan demikian diharapkan alam bawah sadar kita akan
memberikan sinyal respon positif dan Ikhlas lalu tentu Tawakal.
Kadang kita lihat dalam keseharian manusia, masih banyak manusia yang tersinggung
lalu marah, ada yang tidak bisa menerima dengan kondisi yang ada, bahkan
cenderung menyalahkannya dan yang lebih parah lagi adalah dengan mencoba
menghindarinya. Padahal sesunghuhnya itu adalah episode kehidupan yang mesti
dijalani. Senang atau susah, marah atau bahagia merupakan irisan kehidupan yang
mesti dijalaninya, dan sudah dicatatkan dalam takdirnya. Dengan demikian
sesungguhnya tidak ada ruang untuk kita menyalahkan orang lain, karena pada
hakikatnya itu merupakan skenario Ilahi yang harus dilalui, dan tentu saja
penyebabnya adalah manusia. Ingat? Ketika kita mencoba menghindari masalah
apalagi menyalahkan situasi, maka saat yang bersamaan kita sedang menumpuk
masalah, karena Allah SWT akan mendatangkan masalah baru bahkan mungkin lebih
besar. Karena respon yang diharapkan Ilahi adalah menjawab dan menyelsaikan
masalah tersebut, hingga akhirnya Allah SWT menyatakan bahwa manusia itu sudah
lulus dari ujian yang diberikan.
Lalu kesimpulan kita adalah tidak ada sesuatu itu tiba dan berdiri sendiri, semua
beririsan dan memiliki simpul yang sama menuju titik penghambaan pada Ilahi
melalui ketaqwaannya. Tidak ada masalah yang berdiri sendiri. Maka sesungguhnya
ketakwaan itu adalah kesediaan menerima semua takdir yang diberikan Sang Maha
Pencipta baik itu takdir yang baik maupun yang dirasakan tidak enak. Manusia lain
adalah berperan sebagai pelantara, karena itu kesempurnaan sejati adalah TIDAK
AKAN PERNAH MENYALAHKAN ORANG LAIN, Wallahu a'lam bish-shawab

