Page 384 - Laporan Kinerja Kanwil DJPb Sulut
P. 384

2
                         meningkatkan kompetensi dan keterampilan terkait manajemen risiko yang memadai

                         terutama dalam proses penyusunan profil risiko tahun 2023, juga dilaksanakan sebagai
                         bagian pengembangan budaya sadar risiko bagi para Pegawai di lingkungan Kanwil
                         DJPb Sulawesi Utara.



                    II.  Penyampaian Materi

                         Dalam bimbingan teknis ini, narasumber menyampaikan materi sebagai berikut:
                          a.   Kerangka kerja (framework) penerapan manajemen risiko berdasarkan PMK
                               222/2021 dan KMK 105/2022;

                          b.   Penjelasan umum Risiko APBN, Kontinjensi, dan Neraca (Risiko AKN);
                          c.   Mekanisme proses manajemen risiko pengelolaan keuangan negara;
                          d.   Proses penyusunan profil risiko;

                          e.   Penyusunan identifikasi dan analisis risiko, serta evaluasi dan mitigasi risiko


                    III.  Diskusi

                         Berdasarkan pelaksanaan rapat dan diskusi terdapat pertanyaan dan masukan dari
                         peserta sebagai berikut:

                          a.   Dalam penyusunan profil risiko, apabila terdapat penyebab lebih dari 1, apakah
                               seluruh penyebab risiko tersebut harus dibuat IRU/mitigasinya?
                               Jawab: Penyebab ditentukan dan diurutkan dari yang paling signifikan terhadap

                               kejadian risiko. Rumusan penyebab tidak harus seluruhnya dibuat IRU/mitigasi,
                               penyebab digunakan sebagaisalah satu tools untuk menentukan rencana

                               mitigasi dan/atau IRU.
                          b.   Bagaimana pencatatan LED dan rentang waktu suatu kejadian dijaga tetap ada
                               pada laporan LED?

                               Jawab: LED digunakan sebagai salah satu media untuk mencatat apabila suatu
                               risiko terjadi. Namun demikian, jenis kejadian harus dibatasi pada risiko dengan
                               sifat low tolerance event dan risiko yang tidak terprofil. LED disusun secara

                               berkelanjutan pada tahun berkenaan.
                          c.   BCP disusun di awal tahun atau setelah ada kejadian?
                               Jawab: BCP disusun sebagai semacam “action plan” apabila suatu risiko terjadi.

                               Manajemen risiko digunakan sebagai langkah preventif, sedangkan BCP
                               digunakan sebagai langkah represif.

                          d.   Bagaimana mekanisme kegiatan reviu independen atas manajemen risiko pada
                               unit kerja?
                               Jawab: Penilaian Tugas Kepatuhan Internal merupakan salah satu bentuk dari

                               pelaksanaan reviu. Namun apabila bentuknya adalah reviu independen maka
                               dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dengan metode sampling unit kerja.
   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389