Page 28 - Relasi dan Respon NU terhadap Negara - Robikin
P. 28
KEPUTUSAN MUNAS NU DI BANJAR 2019
TENTANG PENYEBUTAN NON MUSLIM
@robikinemhas
Sidang komisi bahstul masail ad-diniyyah al-maudhuiyyah pada Munas Alim Ulama NU 2019 membahas status
non-Muslim di Indonesia, mendudukkannya dalam konteks berbangsa dan bernegara dengan merujuk pada
literatur klasik keislaman.
Forum ini menyimpulkan setelah melewati diskusi panjang bahwa non-Muslim di Indonesia tidak memenuhi
kriteria “kafir” sebagaimana disebutkan dalam fiqih siyasah. Maka dalam konteks bernegara, fiqih siyasah
membagi pengertian kafir atas empat pembagian, yaitu; kafir muahad, kafir musta'man, kafir dzimmi, dan kafir
harbi.
Kafir Mu’ahad yakni orang yang memiliki perjanjian (terikat perjanjian damai, perjanjian dagang atau selainnya)
dengan kaum Muslimin yang berada atau bertugas di negeri kaum Muslimin tidak boleh disakiti, selama
mereka menjalankan kewajiban dan perjanjiannya.
Kafir Musta’min yakni orang yang datang dari Negara kafir, baik utusan, pedagang, atau selainnya yang memiliki
jaminan keamanan dari Penguasa/ Umara’ atau seorang Muslim.
Kafir Dzimmi yakni orang kafir yang tinggal di Negeri Muslim, memiliki perjanjian (damai) dengan kaum
Muslimin, membayar pajak (jizyah/ uang keamanan/ upeti sebagai kompensasi pemerintah Islam terhadap
harta dan darahnya/ jiwanya. Ketika mereka tidak mampu membayar jizyah, maka jizyah tersebut dapat
digugurkan darinya) kepada pemerintah Islam dan ditegakkan kepada mereka hukum-hukum Islam.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, peserta bahtsul masail menyepakati tidak menggunakan
kata kafir, akan tetapi menggunakan istilah muwathinun, yaitu warga negara.
Kafir Harbi yakni orang kafir yang memerangi kaum Muslimin dan halal darahnya untuk ditumpahkan (dibunuh/
diperangi). Mereka adalah orang kafir yang tidak memiliki jaminan keamanan dari kaum muslimin atau
pemimpinnya, tidak dalam perjanjian damai, dan tidak membayar jizyah kepada kaum muslimin sebagai
jaminan keamanan mereka, merekalah yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk diperangi
(lihat Q.S. Al-Baqarah 190-191).
28