Page 12 - E-BOOK KULTUR JARINGAN (1)
P. 12
Pada bab 3 membahas tentang kultur jaringan. Kultur jaringan
(tissue culture) merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Sel,
jaringan dan potongan tubuh tumbuhan dapat ditumbuh
kembangkan menjadi individu yang lengkap dan sempurna karena
tumbuhan memiliki sifat totipotensi. Totipotensi sel (Total Genetic
Potential),artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel
zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
tanaman lengkap.
Kultur jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan oleh
White pada tahun 1934. Menjelang tahun 1939, White melaporkan
keberhasilan pertama kultur kalus wortel dan tembakau. Pada
tahun 1957, dipublikasikan suatu naskah kunci yang ditulis oleh
Skoog dan Miller di mana kedua pakar ini mengemukakan bahwa
interaksi kuantitatif antara auksin dan sitokinin akan menentukan
tipe pertumbuhan dan peristiwa morfogenik yang akan terjadi.
Penelitian mereka pada tanaman tembakau menunjukkan bahwa
rasio auksin : sitokinin yang tinggi akan menginduksi pembentukan
akar, sedangkan rasio sebaliknya akan menginduksi morfogenesis
pucuk. Namun sayangnya, pola respon demikian tidak berlaku
universal. Sementara manipulasi rasio auksin terhadap sitokinin
telah berhasil menginduksi morfogenesis pada berbagai taksa, kini
sudah semakin jelas bahwa berbagai faktor lain juga
mempengaruhi kemampuan sel-sel yang dikulturkan untuk
berdiferensiasi menjadi akar, pucuk atau embrio.
XI SMA/MA 3 KULTUR JARINGAN