Page 2 - 4245: Sejarah Gua Jepang
P. 2

Langit senja di pelabuhan memancarkan cahaya merah jingga
             Langit senja di pelabuhan memancarkan cahaya merah jingga
             yang merefleksikan suasana yang penuh ketegangan. Di tepian
             yang merefleksikan suasana yang penuh ketegangan. Di tepian
             dermaga,  burung-burung  terbang  rendah,  seakan  merasakan
             dermaga,  burung-burung  terbang  rendah,  seakan  merasakan
             perubahan besar yang segera terjadi di negeri ini. Para nelayan
             perubahan besar yang segera terjadi di negeri ini. Para nelayan
             yang  biasa  terlihat  sibuk,  kini  berdiri  terpaku,  mata  mereka
             yang  biasa  terlihat  sibuk,  kini  berdiri  terpaku,  mata  mereka
             tertuju ke arah laut yang tak berujung.
             tertuju ke arah laut yang tak berujung.

             Saat itu, tahun 1942, gemuruh mesin kapal perang Jepang mulai
             Saat itu, tahun 1942, gemuruh mesin kapal perang Jepang mulai
             terdengar  semakin  mendekat,  menghantam  keheningan  yang
             terdengar  semakin  mendekat,  menghantam  keheningan  yang
             menyelimuti  perairan.  Para  prajurit  Belanda  yang  berjaga  di di
             menyelimuti  perairan.  Para  prajurit  Belanda  yang  berjaga
             pelabuhan tampak gelisah, menyadari bahwa kekuatan mereka
             pelabuhan tampak gelisah, menyadari bahwa kekuatan mereka
             tak sebanding dengan armada yang sedang merapat. Bayang-
             tak sebanding dengan armada yang sedang merapat. Bayang-
             bayang kapal besar terlihat jelas di kejauhan, menandai awal
             bayang kapal besar terlihat jelas di kejauhan, menandai awal
             dari babak baru yang penuh ketidakpastian.
             dari babak baru yang penuh ketidakpastian.


             Jalan-jalan  yang  biasanya  ramai  dengan  pedagang  dan
             Jalan-jalan  yang  biasanya  ramai  dengan  pedagang  dan
             pendudu lokal kini dipenuhi oleh kepanikan.
             pendudu lokal kini dipenuhi oleh kepanikan.
             Pasar-pasar mendadak sepi, pintu-
             Pasar-pasar mendadak sepi, pintu-
             pintu rumah terkunci rapat.
             pintu rumah terkunci rapat.

             Di pedalaman, jauh dari
             Di pedalaman, jauh dari
             keramaian kota pelabuhan
             keramaian kota pelabuhan
                orang pemuda bernama
             se seorang pemuda bernama
             Darwis sedang duduk di
             Darwis sedang duduk di
             beranda rumahnya yang
             beranda rumahnya yang
             sederhana. Matanya yang
             sederhana. Matanya yang
             tajam menatap ke kejauhan,
             tajam menatap ke kejauhan,
             ke arah di mana kapal-kapal
             ke arah di mana kapal-kapal
             perang itu mungkin berada.
             perang itu mungkin berada.
             Hatinya dipenuhi campuran rasa takut dan harapan.
             Hatinya dipenuhi campuran rasa takut dan harapan.

             Saat ini Darwis yang sudah merasakan penderitaan di bawah
             Saat ini Darwis yang sudah merasakan penderitaan di bawah
             penjajahan  Belanda,  ia  tahu  betapa  sulitnya  hidup  di  bawah
             penjajahan  Belanda,  ia  tahu  betapa  sulitnya  hidup  di  bawah
             penjajahan  Belanda.  Tentang  kerja  rodi,  tentang  tanah-tanah
             penjajahan  Belanda.  Tentang  kerja  rodi,  tentang  tanah-tanah
             yang dirampas, dan tentang mimpi-mimpi yang dipendam dalam
             yang dirampas, dan tentang mimpi-mimpi yang dipendam dalam
             diam.  Namun  kini,  Jepang  datang  membawa  janji  perubahan.
             diam.  Namun  kini,  Jepang  datang  membawa  janji  perubahan.
             “Apakah  janji  ini  akan  menjadi  kenyataan,  ataukah  hanya
             “Apakah  janji  ini  akan  menjadi  kenyataan,  ataukah  hanya
             tipuan lain dari penjajah baru?” pikir Darwis.
             tipuan lain dari penjajah baru?” pikir Darwis.



                                                  Halaman  01
   1   2   3   4   5   6   7