Page 8 - P17110214107_Alifia Erfani Oktaviane_1C
P. 8
Pola Asuh Makan pada Balita dengan Status Gizi Kurang (Merryana Adriani dan Vita Kartika)
bayi baru lahir. Hal ini dilakukan baik oleh ibu yang batuk dan alergi. Sebagian ibu memberikan kue dan
sudah memproduksi ASI, maupun yang belum. ASI teh pada balita di pagi hari, dikarenakan pada pagi
pada umumnya diberikan sehari sampai seminggu hari anak tidak mau makan nasi.
setelah bayi lahir. Kebiasaan ini mengakibatkan bayi Kebiasaan makan di masing-masing daerah
kekurangan asupan makanan bergizi yang dibutuhkan ternyata sebagian besar ibu balita BGM mempunyai
sesuai dengan umur bayi. Selain ASI, jenis makanan kebiasaan memberikan makanan seadanya dan belum
yang diberikan pada anak usia 0-6 bulan meliputi memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh
madu, air tajin, susu formula, biskuit bayi, pisang yang balita. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus
dilembutkan, bubur susu, makanan lunak/lembik, maka balita akan kekurangan zat gizi terutama
nasi, sayur, ikan, telur, dan daging sapi. Makanan protein dan lemak yang sangat dibutuhkan balita
ringan juga diberikan seperti jajanan dan camilan, pada usia tersebut, sehingga dapat menghambat
dengan alasan agar anak mau makan sehingga tidak pertumbuhan balita dan akhirnya menjadi pendek-
menangis. Kebiasaan ini menyebabkan ibu tidak dapat sangat pendek (stunting). Oleh karena itu mayoritas
melakukan inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI ibu balita mengharapkan adanya penyuluhan tentang
ekslusif pada bayi. kesehatan dan gizi juga pengobatan, serta bantuan
Di kabupaten Gunung Mas terkait dengan yang berupa makanan bergizi dan pemberian multi
pemberian kolustrum umumnya ibu tidak memberikan vitamin. Sebagian ibu balita merasa belum pernah
kolustrumnya pada saat bayi baru lahir karena mendapatkan penyuluhan tentang gizi dari petugas
kolustrum dianggap ASI yang kotor dan berwarna kesehatan. Para ibu balita berharap mendapat
kuning sehingga tidak baik diberikan kepada bayi. penyuluhan tentang cara pemberian makan yang benar
Jenis makanan yang diberikan pada bayi umur 0- baik kepada balita maupun kepada pengasuhnya,
6 bulan di kabupaten Gunung Mas hampir sama sehingga mereka mengerti cara memberikan makanan
dengan di dua lokasi lainnya. Alasan pemberian yang bergizi, bervariasi, berimbang dan aman.
makanan tersebut untuk membersihkan pencernaan, Hasil penelitian Kusumaningsih (2012)
dan memperbaiki kekebalan tubuh balita. Pemberian menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian
makanan tersebut juga dimaksudkan agar anak makanan pendamping ASI dengan status gizi pada
kenyang dan tidak rewel atau tenang. bayi usia 6–12 bulan. Sebagian besar bayi yang diberi
Di kabupaten Sumenep Ibu-ibu mempunyai makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesuai dengan
kebiasaan memberikan mie instan, sebagai pengganti umur, jenis, dan jumlah pemberiannya maka bayi
nasi untuk konsumsi balita. Kebiasaan ini karena tersebut berstatus gizi baik.
balita mengalami kesulitan makanan, sehingga para Jenis Penyakit
ibu lebih memilih memberikan mie instan yang lebih Tiga Jenis penyakit yang sering diderita oleh
disukai balita. Sebagian besar ibu balita memberikan balita BGM di kabupaten Sumenep adalah demam
makanan pada balita agar kenyang dan tidak rewel. atau panas sebanyak 83,3%, batuk pilek 8,3%, diare
Pemberian makanan tersebut lebih diutamakan sesuai 4,%. Di kota Semarang sebanyak 58,6% mengalami
dengan keinginan anak tanpa memperhatikan nilai gizi demam atau panas, sedangkan batuk dan pilek
makanan yang seimbang, sehingga makanan yang 27,6%, diare 6,9% sedangkan di kabupaten Gunung
dikonsumsi hanya mengandung sumber karbohidrat. Mas adalah demam atau panas sebanyak 67,6%,
Demikian dengan balita di kota Semarang yang juga diare 13,5%, batuk/pilek 10,8%. Hal ini menunjukkan
mengonsumsi jajanan atau makanan ringan saja, sebagian besar balita mengalami gejala demam atau
tidak mau makan nasi beserta lauk dan sayur, karena panas atau adanya infeksi.
anak lebih senang mengonsumsi mie instan. Menurut Nuryanto (2012), faktor status gizi, status
Di kabupaten Gunung Mas, ada beberapa imunisasi, kepadatan tempat tinggal, keadaan ventilasi
makanan yang dilarang untuk dikonsumsi balita, rumah, status merokok orang tua, pendidikan ibu,
antara lain makanan berlemak, gorengan, minuman pengetahuan ibu dan status sosial ekonomi keluarga
dingin, minuman kaleng, makanan ringan dan permen, mempunyai hubungan bermakna dengan penyakit
dengan alasan makanan tersebut dapat menyebabkan ISPA pada balita.
nafsu makan balita berkurang serta bisa membuat
191