Page 67 - DEDJEN_buku ajar_uji bahan 1 (Autosaved)
P. 67
2.7 PENGUJIAN KADAR LUMPUR
( MATERIAL FINNER THAN 75 μm BY WASHING)
Referensi: ASTM C 117 – 95
Tujuan Pengujian :
a. Mendapatkan nilai kadar lumpur pada agregat kasar dan agregat halus
b. Membandingkan nilai kadar lumpur hasil pengujian dengan spesifikasi
Kompetensi Khusus :
a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian Kadar lumpur pada agregat
dengan penyaringan basah
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian
TEORI
Lumpur adalah bagian–bagian yang berasal dari agregat alam (split dan pasir) yang
dapat melalui saringan 0,075 mm, Pengetahuan tentang dampak kadar lumpur pada
agregat masih rendah, hal ini dapat dilihat dari penanganan agregat di lapangan, mereka
para tukang menempatkan agregat dengan cara yang tidak layak, meletakkan langsung
diatas tanah, atau ditempat kotor dan berdebu, sehingga pada waktu digunakan, kadar
lumpur pada agregat tersebut tinggi. Dampaknya adalah mutu beton yang terbuat dari
agregat tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan. Untuk meningkatkan mutu beton
tersebut, maka kadar semen pada beton perlu ditambah. Dengan menaikkan kadar
semen maka harga beton menjadi lebih mahal. Dalam membuat beton semen ada
perbedaan kuat tekan pada beton yang menggunakan agregat dengan kadar lumpur
tinggi dengan agregat yang bersih, beberapa standar membatasi kadar lumpur pada
agregatnya, seperti Standar Nasional Indonesia No 52 tahun 1980, yang menyaratkan
kadar lumpur pada agregat halus maximum 5 %, pada agregat kasar maximum 1 %,
demikian pula British Standard BS 882 : 1973, mensyaratkan maksimum 15 % dalam
abu batu (crushed stone sand), 3 % dalam pasir alam atau pasir dari pemecah batu, dan 1
% dalam agregat kasar. ASTM C 33 mensyaratkan pada agregat halus untuk beton
terabrasi maksimum 3 %, untuk semua beton 5 %, dan pada agregat kasar maksimum
63