Page 4 - E-Modul Bahasa Indonesia
P. 4
Kartawinata (2011:ix) mengemukakan bahwa dalam pengertian kebahasaan
kearifan lokal, berarti kearifan setempat (local wisdom) yang dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam
dan diikuti oleh warga masyarakatnya. Dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal
pula sebagai pengetahuan setempat (indigenous or local knowledge), atau kecerdasan
setempat (local genius), yang menjadi dasar identitas kebudayaan (cultural identity).
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia telah terbukti
menyatukan masyarakat zaman pra Indonesia, yakni saat era Majapahit. Semboyan
tersebut mampu menyatukan umat Hindu, Buddha dan Islam. Terinspirasi dari sejarah
Majapahit, para pendiri bangsa lalu menggunakan kalimat tersebut sebagai identitas dan
semboyan negara Indonesia.
Selain terdapat beragam suku, ras dan etnis, kebhinekaan Indonesia juga terbentuk
dari berbagai agama dan keyakinan yang berkembang. Sampai saat ini ada 6 agama yang
diakui di Indonesia dan negara menjamin dan mengatur secara hukum kebebasan warga
negaranya untuk memilih dan beribadah. Pada umumnya keberagaman agama tidak
menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Hasil penelitian mengenai tingkat kerukunan
dan toleransi umat beragama dan keyakinan dari berbagai institusi seperti dari
Kementerian Agama Republik Indonesia (2019) dan Wahid Institute (2018) juga
menunjukkan adanya penurunan tindak kekerasan dan intoleransi keagamaan dan
keyakinan. Akan tetapi, kedua institusi ini masih mencatat bahwa gesekan ataupun konflik
tetap terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Pembatasan dan diskriminasi praktik
keagamaan dan keimanan juga dialami oleh kelompok minoritas yang agama atau
keyakinannya belum diakui oleh negara. Dengan keragaman yang dimiliki oleh Indonesia,
Bhinneka Tunggal Ika seyogyanya tidak hanya dianggap sebatas semboyan negara, tetapi
harus mendarah daging menjadi identitas diri setiap warganya.
B. TUJUAN, ALUR, DAN TARGET PENCAPAIAN PROYEK
Perkembangan teknologi informasi di era millennial membuat masyarakat bisa
mengakses informasi secara mudah dan cepat tanpa batasan waktu. Generasi yang
terlahir di era millennial menganggap teknologi sebagai kebutuhan primer. Mereka tidak
bisa lepas dari teknologi informasi dan komunikasi. Prensky (2001) dalam Istiana (2016)
mengatakan bahwa, “Digital native adalah mereka yang terbiasa dengan struktur kognitif
yang melompatlompat, mampu melakukan beberapa kegiatan dalam waktu yang
bersamaan.” Perkembangan teknologi ke arah maya atau Internet of Things (IoT)
membuka pintu arus informasi dan komunikasi secara global, lewat berbagai media
internasional mudah sekali diakses informasi dari luar secara instan. Secara cepat
masyarakat terseret arus globalisasi di segala bidang, pertukaran budaya merupakan salah
satu hal yang mudah diambil masyarakat. Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi
saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak mengidentifikasi keragaman sebagai
identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa membicarakannya secara kritis tidak
akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi memanfaatkannya untuk
Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X |
3