Page 6 - Kel.9_Laporan Hasil Observasi Lapangan Suaka Marga Satwa Macan Tutul Gn. Sawal
P. 6

BAB I

                                                   PENDAHULUAN



               A.  Latar Belakang
                           Hukum  internasional  menghormati  kedaulatan  suatau  wilayah  yang  memiliki

                    peran penting bagi suatu negara dengan pengakuan kedaulatan negara yang ditunjukan
                    dengan  adanya  larangan  untuk  melakukan  intervensi  (Mangku,  2022).  Indonesia

                    merupakan negara terbesar di dunia yang memiliki pulau lebih dari 17.500 di sepanjang
                    ekuator dna lebih dari 360 hektar area lautan (Ario et al., 2016). Ribuan pulau Indonesia

                    yang terbentang dari Timur ke Barat sejauh 6.400 km dan sekitar 2.500km jarak antara

                    Utara dan Selatan, dari Sabang sampai Merauke yang memiliki perbatasan di lautan dan
                    daratan (Septarina, 2014). Dengan demikian, Indonesia memiliki berbagai wilayah yang

                    perlu dijaga kelestariannya demi kelangsungan berbagai makhluk hidup.
                           Seperti halnya Gunung Sawal yang terletak di daerah Ciamis, merupakan wilayah

                    yang memiliki potensi alam. Dengan demikian, manusia dapat mengambil sumber daya
                    alam  sebagai  penunjang  kelangsungan  hidup,  namun  manusia  juga  memiliki  hak  dan

                    kewajiban dalam pelestarian alam dan lingkunga (Sari et al., 2020). Salah satu potensi

                    alam yang terdapat di Gunung Sawal adalah Macan Tutul Jawa yang merupakan salah
                    satu karnivora besar dengan upaya konservasi yang diutamakan (Setiawan Noer  et al.,

                    2021). Macan Tutul memiliki peran penting sebagai top predator yang mengendalikan
                    populasi  satwa  mangsa  seperti  kijang  dan  babi  hutan,  namu  spesies  ini dikhawatirkan

                    akan  punah  local  pada  berbagai  lokasi  adalah  pembunuhan  akibat  konflik  dengan

                    manusia yang merupakan akumulasi dampak kerusakan habitat, kehilangan habitat dan
                    frafmentasi  habitat  yang  semakin  intensif,  selain  itu  perburuan  juga  menjadi  turunnya

                    populasi Macan Tutul (Setiawan Noer et al., 2021)
                           Upaya  ini  dikarenakan  Macan  Tutul  Jawa  merupakan  satwa  khas  Pulau  Jawa

                    yang  saat  ini  populasinya  semakin  menurun  (Febriyani  et  al.,  2022).  Hal  ini  selaras

                    dengan  IUCN  dan  CITES  yang  merilis  status  konservasi  untuk  satwa  ini.  IUCN
                    memberikan status konservasi dengan kategori Critically Endangered yang merupakan

                    termasuk  dalam  kategori  kritis.  Sedangkan  status  konservasi  berdasarkan  CITES
                    termasuk kategori Appendix I yang merupakan kategori satwa liar yang dilarang dalam

                    segala bentuk perdaganan internasional. Mamalia ini dilindungan berdasarkan PERMEN
                    LHK  Nomor  P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/208  tentang  Perubahan  Kedua  atas




                                                            1
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11