Page 12 - e-modul suhu dan kalor terintegrasi STEM
P. 12

B.  Pemuaian


                            ENGINEERING
                               PROBLEM


                      Jika kita mengamati tiang kabel listrik yang ada dipinggir jalan, kita dapat melihat kabel
                       tersebut dipasang agak kendur, mengapa?



                    Karena pada saat suhu tinggi pada siang hari, kabel dapat

                    memuai  dan  menjadi  lebih  panjang,  sedangkan  pada  saat
                    suhu dingin kabel akan menyusut dan menjadi lebih pendek.

                    Dengan membuat kabel renggang, maka perubahan panjang

                    ini  dapat  diakomodasi  tanpa  membuat  kabel  putus  atau
                    tegang  berlebihan.  Hal  tersebut  berkaitan  dengan  sifat

                    pemuaian  dan  penyusutan  zat.  Pemuaian  merupakan  perubahan  ukuran  suatu  benda,
                    berupa  pertambahan  panjang,  luas,  dan  volume  yang  disebabkan  oleh  kenaikan  suhu.

                    Peristiwa pemuaian terjadi pada zat padat, cair, maupun gas.


                    1.  Pemuaian Zat Padat

                       Pemuaian zat umumnya terjadi ke segala arah, ke arah panjang, ke arah lebar, ataupun

                    ke arah tinggi. Ada 3 jenis pemuaian pada zat padat, diantaranya:
                    a.  Pemuaian Panjang

                        Pemuaian panjang disebut juga dengan pemuaian linier. Pemuaian panjang terjadi
                        pada zat padat yang berbentuk batang atau silinder yang lebar penampangnya lebih

                        kecil  daripada  panjangnya.  Pada  pemuaian  panjang  dikenal  istilah  koefisien  muai

                        panjang (  ), perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang awal benda
                        per satuan kenaikan suhu:


                                                      ∆   =    −   
                                                             ′
                                                                  0

                                                     ∆   =    .   . ∆  
                                                            0

                                                    ′
                                                      =    (1 +   . ∆  )
                                                         0





                                                            4
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17