Page 183 - E-MODUL EFK_Neat
P. 183
E-Modul
Etika & Filsafat Komunikasi
penolakan, tidak senang, muak dan protes dan tetapi kadang bisa
diterima/ memikat?
Presentasi Kekerasan dalam media mengandung aspek
Estetik-destruktif. Estetik-Destruktif mengundang potensi mendua
(menciptakan suasana berwajah ganda, tertarik dan muak).
Perpaduan Dimensi seni (Estetis) dan Kekerasan menyatu
melalui tubuh social dan institusi budaya kedalam media. Menurut
Nel (Haryatmoko, 2007) kekerasan dalam media dengan konstruk
seni, mengacu pada 4 (empat) hal, yaitu
1. Horor-Progresif (kekerasan yang melebih-lebihkan, tapi
melampau akal sehat, tapi autentik/ nyata).
2. Horor-Transgresif (Kekerasan yang menonjolkan apa yang
belum dieksplorasi, tabu, telarang, dan dikutuk).
3. Gambar-Simbol (Melibatkan penonton untuk melampaui
tatanan ril yang kontekstual. Dari kekerasana menjadi lebih
manusiawi).
Menurut APA (1995) merujuk pada hasil Riset Kekerasan
dalam Media Televisi, dikutip oleh Sophie Jehel (2003, dalam
Haryatmoko, 2007), bahwa ada Tiga hal, yaitu 1.
Mempresentasikan program kekerasan dapat meningkatkan
perilaku agresif., 2. Memperlihatkan secara berulang tayangan
kekerasan dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap kekerasan
dan penderitaan korban., dan 3. Tayangan kekerasan dapat
meningkatkan rasa takut sehingga akan menciptakan representasi
dalam diri penonton, betapa bahayanya dunia.
171