Page 16 - E-MODUL FISBANG2 CAHAYA ALAMI
P. 16
4. Adhiwiyogo. M.U, 1969, Selection of the Design Sky for Indonesia based
on the Illumination Climate of Bandung, Symposium of Enviromental Physics
as Applied to Building in the Tropics.
Petunjuk teknis dalam penetapan faktor langit diatur dengan didasarkan atas keadaan
langit yang terangnya merata atau kriteria langit perancangan untuk Indonesia
yang memberikan kekuatan pencahayaan titik dibidang datar di lapangan terbuka
sebesar 10.000 lux. Besar faktor langit untuk titik ukur pada bidang kerja di
dalam ruangan dilakukan dengan menggunakan metode analisis dimana nilai fl
dinyatakan sebagai fungsi dari H/D dan L/D seperti tercantum pada Tabel diatas.
Gambar 5. Ilustrasi Suatu Titik Ukur U yang terletak pada jarak D dari suatu lubang
cahaya efektif ABCD
Metode pengukuran ini dilalukan dengan perbandingan jarak tertentu (H, D dan
L) yang diperoleh ddari gambar system proyeksi denah, tampak, interior, dan
potongan disertai penggunaan table nilai factor langit dan perhitungan interpolasi.
Langkah yang perlu dilakukan pada metode H/D dan L/D adalah:
1. Gambar denah, tampak interior dan potongan dengan system proyeksi
2. Menentukan lubang cahaya efektif (LCE). Untuk memperoleh LCE beberapa
Langkah perlu dilakukan. Terdapat satu titik ukur utama (TUU) dan dua titik
ukur samping (TUS 1 dan TUS 2)
3. Menentukan H, D dan L.
TUU menghasilkan posisi dan dimensi LCE berbeda dengan TUS, sehingga
diperoleh perbedaan jarak L. Sedangkan jarak H dapat sama selama tinggi
LCE sama. D adalah 1/3 d, dan d merupakan kedalaman ruang yang diukur
sebagai jarak permukaan dinding dalam dan salah satu dinding tersenut yang
terdapat lubang cahaya.
4. Menghitung perbandingan H terhadap D dan L terhadap D
11