Page 8 - KLIPINGBELMAWA14122019SORE
P. 8
perspektif tentang fungsi dan peran masjid kampus dalam pemberdayaan umat di berbagai bidang. Ketua Umum AMKI, Prof Hermawan KD mengatakan, masjid kampus sebagai salah satu lembaga keagamaan memiliki tanggung jawab dalam pembentukan karakter manusia dan memberdayakan umat, terutama dalam bidang ekonomi. Untuk itu masjid kampus harus difungsikan agar bisa memberikan kontribusi dalam menyiapkan kader pemimpin bangsa yang berkarakter patriotik Islami. "Karena itulah, kami mengadakan workshop ini, untuk melakukan koordinasi secara nasional agar fungsi masjid kampus ini bisa lebih kuat dan ada kesepakatan bersama terkait tata kelola masjid kampus. Khususnya dalam menyiapkan kader pemimpin bangsa berkarakter patriotik Islami dan pemberdayaan ekonomi umat," kata Hermawan tentang workshop woarkshop Revalitasi Peran Masjid Kampus di UMY, Sabtu (14/12/2019).
Baca Juga:
3. Gojek Siap Rambah Pembayaran SPP Sekolah di Semarang
4. Pemkot Minta Mahasiswa Berperan Aktif Bangun Kota
Semarang
Workshop ini juga untuk menguatkan revitalisasi fungsi masjid kampus dalam rangka pemberdayaan umat menuju pengokohan ideologi bangsa. Diharapkan dari kegiatan ini ada kesepakatan tata kelola, pengembangan kapasitas dan pola dakwah intelektual masjid kampus.
"Workshop ini membahas gerakan kaderisasi pemimpin berkarakter dan dakwah inteletual masjid kampus," katanya.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Belmawa Kemdikbud), Prof Ismunandar mengatakan AMKI memiliki peran yag penting dalam pendidikan karekter. Terutama dalammenanamkan karakter yang baik kepada mahasiswa.
"Sebab masjid kampus memiliki peran sebagai pembina dalam mengembangkan toleransi aktif dan moderasi agama. Peran masjid kampus dinilai bisa mengatasi persoalan karakter masyarakat, khususnya dalam konteks pendidikan karakter," kata Ismunandar dalam acara itu.
Selain itu, AMKI juga berperan sebagai pembina untuk mengembangkan toleransi aktif dan moderasi agama menuju Indonesia maju. Peran tersebut dapat dibentuk melalui literatur keagamaan dengan
mengajarkan pendidikan agama dalam masyarakat majemuk. Bukan dengan saling menghakimi kepercayaan orang lain, melalui Pancasila.
"Karena Pancasila merupakan titik temu antara agama dan demokrasi, melalui prinsip kesetaraan warga negara di depan hukum (citizenship) dan kohesivitas sosial sebagai modal kultural dan modal sosial bangsa Indonesia," katanya.