Page 15 - KLIPING BELMAWA 21 APRIL PAGI
P. 15
“Bagi kami tidak ada yang lebih penting; kurikuler, ko-kulikular, ekstra-kulikular semuanya penting,” ujarnya
Fauzi, salah satu pemenang menyebutkan, koordinasi adalah kunci kemenangan
Koordinasi itu menghasilkan setidaknya dua keunggulan yang menjadikan robotnya mampu menjungkalkan tim pesaing dari negara-negara lain, seperti Tiongkok yang menjadi saingan berat. Keunggulan pertama mereka ialah soal dimensi robot yang cukup kecil. Sehingga manuver di setiap ruangan dan rintangan dapat lebih akurat.
“Kita membandingkannya dengan di Indonesia, jadi di Indonesia itu rintangannya selalu rumit. Jadi untuk robot yang besar, itu selalu menabrak rintangan. Jadi oke, kita gimana caranya bikin robot kita sekecil mungkin,” tutur Fauzi.
Keunggulan kedua ialah soal robot berkaki yang memiliki tantangan kesulitan tersendiri dalam pergerakannya.
Setidaknya butuh waktu empat bulan untuk merakit robot pemadam kebakaran. Di bulan-bulan awal, Tim Robotika UMM merancang desain dan riset sebaik mungkin sebelum mengeksekusi perancangan robot. Setelah itu mereka melakukan evaluasi dari robot yang telah dirancang, misalnya dalam urusan sensor.
Di bulan terakhir, menyusun pemorgraman dan mematangkan keberhasilan robot yang mampu memadamkan api. “Algoritmanya, gerak robotnya, metode pemadamannya seperti apa, begitu. Yang paling susah itu di gas karena nyari alatnya juga susah. Kedua di algoritmanya susah,” cerita mereka.
Harapan mereka ialah untuk generasi robotik Indonesia ke depannya dapat lebih berprestasi lagi di tingkat Internasional.
“Harapannya semoga tim-tim yang akan menjadi wakil dari Indonesia lagi akan lebih semangat mengerjakan robot-robotnya karena risetnya juga tidak hanya di satu atau dua komponen, tetapi ribuan komponen yang harus kita riset,” pesan Fauzi. (dianw/B).

