Page 8 - KLIPINGBPPT2982019PAGI
P. 8

adanya barisan awan hujan cumulonimbus dengan rentang sepanjang 100-200 Km yang memasuki wilayah Sumsel yang disebut fenomena sistem konvektif skala meso.
Potensi hujan disebabkan seiring melemah hingga hilangnya badai tropis Bailu dan transisi ke badai tropis selanjutnya yang akan menyebabkan adanya sirkulasi di Selat Karimata dan perlambatan massa udara di wilayah Sumsel yang cukup uap air untuk pertumbuhan awan hujan.
Kemudian timbul indikasi awan-awan hujan yang berbaris akan membentuk seperti busur panah dan disertai angin kencang. Angin kencang ini disebabkan perbedaan suhu dan tekanan udara yang signifikan antara daerah yang telah terpapar dan yang akan terpapar hujan.
Lihat juga: LIPI Ingatkan Karhutla Tetap 'Hantui' Pulau Kalimantan
"Seiring aktifnya badai tropis Podul pada Selasa (27/8), beberapa hari ke depan kondisi Sumsel akan kembali keadaan normal musim kemarau dengan kondisi lapisan udara atas yang kering dan berangin kencang yang akan memperlambat pertumbuhan awan," ujar dia.
Badai Tropis Podul diperkirakan akan berakhir 31 Agustus-1 September 2019. BMKG mengimbau untuk mewaspadai adanya kabut asap (smog) pada Kamis (29/8) hinnga Sabtu (31/8) mendatang karena setelah beberapa wilayah Sumsel terpapar hujan kondisi pada malam harinya cerah akan berpotensi adanya Kabut radias yang bercampur asap dari karhutla pada pagi hari.
"Umumnya smog terjadi pada pagi hari pukul 04.00-07.00 dengan jarak pandang kurang dari 1 kilometer yang mengganggu transportasi terutama penerbangan," ujar dia.


































































































   6   7   8   9   10