Page 18 - KLIPINGBELMAWA1062019PAGI
P. 18

Sejumlah perguruan tinggi seperti ITB dan IPB bahkan termasuk ke dalam kategori kampus yang gerakan eksklusif berbasis keagamaannya relatif masif. "Paling berat ITB dan IPB," sebutnya.
Namun sejak 2017 lalu, di bawah kepemimpinan Rektor IPB, Arif Satria telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurai eksklusivitas tersebut. Salah satunya dengan "membuka" akses Masjid Alhurriyah untuk seluruh paham keislaman.
Di antaranya melalui program Subuh Berjamaah, IPB Berselawat, dan sentralisasi seluruh kegiatan keislaman di masjid."Inisiatif yang sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi menunjukkan, aktor-aktor kunci di perguruan tinggi memainkan peran penting dalam menguraistructural opportunitydan mendestruksienebling environmentbagi berkembangnya wacana dan gerakan keislaman eksklusif di kampus, khususnya kampus negeri," tandasnya.
Setara Institute meneliti "Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN)". Penelitian dihelat Februari-April 2019. Hasilnya, ternyata 10 PTN itu menjadi tempat tumbuhnya kelompok Islam eksklusif transnasional yang berpotensi berkembang ke arah radikalisme.
Direktur Riset Setara Institute, Halili, menyebutkan, setidaknya ada 10 PTN ternama yang menjadi tempat berkembangnya kelompok Islam eksklusif. Paham tersebut dibawa kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama, melalui pintu masuk organisasi keagamaan di kampus.
Kelompok yang membawa paham ini 'menyelimuti' diri dalam organisasi keagamaan kampus. Mereka berkembang di Institut Pertanian Bogor (IPB), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),Universitas Brawijaya, dan Universitas Mataram.
(CEU)


































































































   16   17   18   19   20