Page 9 - KLIPINGBPPT03042019(PAGI)
P. 9
"Dua-duanya harus dilakukan baik penanganan maupun pengurangan sampah. Kalau pengurangan itu kan kita mengurangi 'lifetime'-nya (masa beroperasi) TPA (tempat pemrosesan akhir) juga, sementara PLTSa bisa membakar banyak sampah tapi kan bagusnya juga pengurangan, kemudian pemilahan, pemilahan itu juga penting supaya sirkular ekonomi berjalan," ujarnya.
Untuk mewujudkan Indonesia bersih dari sampah pada 2025, maka harus dilakukan percepatan penanganan sampah dari hulu sampai ke hilir termasuk pemanfaatan teknologi dan perubahan perilaku terhadap produksi dan pengelolaan sampah.
Dengan keberhasilan operasi PLTSa Bantargebang buatan dalam negeri, diharapkan semakin membuka pola pikir dan ruang untuk berbagai pemanfaatan teknologi dalam pendekatan pengolahan sampah.
"PLTSa ini juga bisa untuk daerah-daerah, kota-kota yang kecil yang menghasilkan timbulan sampah yang tidak sebesar Jakarta atau kota-kota metropolitan," tuturnya.
Ke depan, pihaknya akan mencoba untuk mendata kota-kota yang memungkinkan untuk dibangun PLTSa yang mampu mengelola 100 ton sampah itu.
"Kami coba kerja sama dengan BPPT untuk bisa mengembangkan itu (PLTSa) di tempat-tempat lain," tuturnya.
PLTSa dapat menjadi solusi penanganan sampah di daerah yang sangat sulit mencari lahan untuk tempat pemrosesan akhir (TPA) seperti daerah gambut dan pasang surut. Hal itu dikarenakan beberapa daerah memang sudah mengalami darurat sampah apalagi daerah yang lahan TPA-nya terbatas seperti Jakarta dan Kabupaten Bekasi.
Sekitar 7.000-an ton sampah diangkut oleh sekitar 1.200 truk sampah setiap harinya dari Jakarta ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
Sementara, diperkirakan sampah akan terus meningkat sebanyak 400 ton sampah setiap tahun.
"Artinya sudah saatnya kita harus memikirkan bagaimana kita harus mengakhiri proses 'sanitary landfill' di Bantargebang," kata Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusmada Faisal.
Dengan luas TPST Bantargebang yang tidak akan mengalami penambahan lahan ditambah perkiraan pertambahan sampah 400 ton per tahun, maka diperkirakan pada 2021, TPST Bantargebang tidak mampu menampung sampah lagi dan saat itu ibukota negara Jakarta akan mengalami darurat sampah yang sangat serius.