Page 4 - LOMBAJURNALIS
P. 4

NO
2
Judul
Optimalkan Para Ilmuwan Diaspora
Optimalkan Para Ilmuwan Diaspora
Berkarya di negeri orang bukan berarti tidak cinta Tanah Air. Para ilmuwan diaspora membuktikan, mereka bersedia berkolaborasi dengan ilmuwan di Tanah Air.
Negara lain seperti Korea Selatan, India, dan Vietnam sudah membuktikan bahwa merangkul para ilmuwan diaspora dapat mendorong penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menghasilkan inovasi yang dapat mendongkrak kemajuan dan daya saing negara di tingkat global. Inilah saatnya Indonesia menarik potensi ilmuwan diaspora yang tersebar di sejumlah negara untuk berkontribusi memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di Tanah Air.
Sebenarnya pada 2010, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) yang dibentuk pada 2009 di Belanda menggelar International Summit di Jakarta, di bawah dukungan Kementerian Pendidikan Nasional. Semangatnya untuk membuat kolaborasi ilmuwan diaspora Indonesia yang punya reputasi internasional di banyak negara dengan ilmuwan dalam negeri bisa terwujud. Sayang, gaungnya tenggelam.
Namun, tiga tahun terakhir, semangat para ilmuwan diaspora untuk berbakti kepada negeri bisa ”ditangkap” Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Para ilmuwan diaspora secara massal diajak ”pulang kampung” setiap tahun. Bukan sekadar pulang, tetapi dengan tuntutan untuk bisa mewujudkan kolaborasi dengan ilmuwan di dalam negeri. Lewat program Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2018, sebanyak 47 ilmuwan diaspora yang telah sukses meniti karier di perguruan tinggi terbaik di luar negeri pulang kampung dan berkumpul bersama ilmuwan dari perguruan tinggi di dalam
negeri. Kesempatan pula bagi ilmuwan diaspora untuk mengetahui berbagai perkembangan kebijakan terkini Pemerintah Indonesia.
Banyak menteri yang hadir sebagai narasumber dalam acara itu. Acara SCKD tak berhenti di acara seremonial. Acara inti berupa kolaborasi dengan perguruan tinggi negeri dan swasta diwujudkan dengan menyebar para ilmuwan diaspora ke-55 perguruan tinggi mitra. Dengan kunjungan langsung inilah kebutuhan kolaborasi bisa dicocokkan dengan kebutuhan setiap perguruan tinggi tersebut.
Kunjungan para ilmuwan diaspora ke perguruan tinggi ini bagian dari kontribusi riil para ilmuwan diaspora yang berkiprah di perguruan tinggi ataupun lembaga
riset dari sejumlah negara. Program ini bagian dari acara SCKD yang digelar Kemristek dan Dikti bersama I-4 dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia.
”Saya setiap tahun selalu ke Indonesia. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, termasuk dengan perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada. Biasanya workshop (lokakarya) penulisan ilmiah atau kegiatan seminar internasional. Nah, ini baru pertama


































































































   2   3   4   5   6