Page 5 - LOMBAJURNALIS
P. 5
kalinya saya ke Sumatera untuk berkunjung ke Institut Teknologi Sumatera dan Universitas Lampung,” kata Ratna Saptari Soetikno Slamet, Asisten Profesor Antropologi di Universitas Leiden, Belanda. Dia sudah tinggal di Belanda sekitar 30 tahun.
Dari dialog dengan para dosen di Universitas Lampung, khususnya di bidang sosial, terwujud kolaborasi untuk mendukung lokakarya penulisan dan juga kolaborasi
riset bersama yang dapat dibawa dalam seminar internasional. Ratna mengatakan, ada tantangan untuk memperkuat kompetensi para dosen dalam memperkaya literatur yang dibaca dan dimanfaatkan secara kritis untuk mendukung penulisan ilmiah.
Sementara di Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang didirikan tahun 2014, ada kebutuhan untuk meningkatkan pendidikan para dosen muda ke jenjang doktor. Peluang untuk bisa mendapatkan beasiswa bagi para dosen ini diharapkan bisa dibantu dari
para ilmuwan diaspora.
Kolaborasi
Satria Zulkarnaen Bisri (33), peneliti di lembaga riset Riken Jepang (semacam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), menawarkan model kolaborasi yang ditawarkan Jepang. Para dosen Itera bisa saja mengambil S-3 di Indonesia, tetapi untuk riset yang memang sejalan dengan Riken bisa dilakukan di Jepang. Ada semacam hibah kompetitif yang bisa diraih oleh calon doktor dari Indonesia.
”Sayang peluang ini belum banyak dimanfaatkan oleh para dosen di Indonesia,” kata Satria yang sudah dua kali ikut SCKD. Dia tertarik untuk bisa menginformasikan peluang kolaborasi riset di Jepang ini bagi perguruan tinggi di Indonesia.
Kehadiran para ilmuwan diaspora ini memang sudah mulai memberikan dampak yang nyata bagi peningkatan sejumlah perguruan tinggi mitra. Mereka sebagai ”jembatan” yang menghubungkan Indonesia ke berbagai peluang di institusi masing-masing. Banyak pula dari ilmuwan diaspora yang punya posisi strategis, baik sebagai dekan, kepala pusat
riset, maupun dosen senior yang bereputasi, yang bisa membantu perguruan tinggi di Indonesia untuk memiliki jaringan internasional. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Ali Ghufron Mukti, para ilmuwan diaspora punya panggilan untuk membantu negerinya dengan menjadi agen penghubung Indonesia ke tingkat global. Tadinya, ada beasiswa program Bappenas dan Bank Dunia senilai Rp 1 triliun untuk
membiayai para dosen dan peneliti Indonesia meraih doktor di luar negeri yang hendak dihentikan.
”Peminatnya sedikit karena sulit dapat letter of acceptance dari perguruan tinggi di luar negeri. Namun, dengan terhubung kepada para ilmuwan diaspora yang bekerja di perguruan tinggi yang bereputasi baik, kesulitan ini jadi teratasi,” ujar Ghufron.
Ketua Umum I-4 Deden Rukmana yang juga profesor di Savannah State University, Amerika Serikat, mengatakan, betapa banyak prestasi para ilmuwan diaspora Indonesia yang membanggakan. ”Betapa besar juga kecintaan mereka terhadap Tanah Air,” katanya