Page 10 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 10

Rupanya  beliau  tidak  mengenal  lelah  dalam  mengemban  tugas


        sebagai  kepala  keluarga.  Ketekunan  dan  suka  bekerja  keras

        Abdurrohim yang akan diwarisi anak-anaknya, terutama Manab. Jerih


        payah Abdurrohim sedikit-sedikit tampak juga hasilnya. Namun tidak


        sempurna  betul  membina  keluarga  sakinah,  terlebih  dahulu  beliau

        dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin tidak mengizinkan hasil


        tetesan keringatnya ia nikmati di dunia ini. Akhirat tentunya lebih baik


        dan  abadi.  Atau  mungkin  Tuhan  tidak  menghendaki  Manab  dan


        saudara-saudaranya  menjadi  anak-anak  yang  ceria,  tertawa  riang,

        bermain, ke sana di tengah kenyamanan keluarga. Sebaliknya mereka



        harus seperti ayahnya.

               Merasakan  pahit  getirnya  kehidupan  dengan  menjadi  anak-anak

        yatim.  Memang,  calon  orang-orang  besar  hampir  tidak  ada  yang


        bergelimang dalam kemanjaan keluarga. Manab adalah salah satunya.


        Sekian lama mendung kedukaan perlahan mulai sirna. Salamah, sang

        istri  yang  setia  mengambil  alih  tugas  almarhum  suaminya.  Dengan


        dibantu  anak-anaknya,  ibu  setengah  baya  itu  meneruskan  pekerjaan


        suaminya berdagang di Pasar Muntilan. Sementara itu, Manab bukan

        hanya membantu ibunda di Pasar, namun sehabis di pasar,


        dia masih menyabit rumput untuk kuda peningggalan


        ayahnya.
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15