Page 8 - PANDUAN-PENULISAN-HASIL-KARYA-TULIS-ILMIAH-2024
P. 8
7) Inferensial dilakukan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan pengujian
hipotesis. Maka, kesimpulan penelitian jauh melampaui sajian data kuantitatif saja.
Dalam penelitian inferensial dapat membahas tentang besarnya peluang kesalahan
dalam pengambilan kesimpulan.
c.) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
(PTBK)
Penelitian Tindakan Kelas adalah metode penelitian praktis yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya untuk memperbaiki proses pembelajaran atau meningkatkan kualitas
pembelajaran. Biasanya dilakukan ketika guru merasa ada masalah atau kekurangan dalam
proses pembelajaran, atau saat ingin mencoba metode atau pendekatan baru dalam
mengajar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran
di kelas dengan pemahaman yang lebih baik tentang proses pembelajaran, menemukan
solusi atas masalah yang dihadapi, dan menerapkan serta mengevaluasi efektivitas strategi
atau metode baru dalam pembelajaran.
Penelitian tindakan merupakan penelitian praktis dalam bidang sosial yang
menggunakan refleksi diri sebagai metode utamanya. Dilakukan oleh individu yang terlibat
di dalamnya, bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Dalam konteks
PTK, penelitian ini dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat
(Wardhani, 2008: 1.4). Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai ―systematic
inquiry‖ yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk
mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini
digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan ―reflective practice‖ yang
berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hail belajar
siswa.
Pada seting bimbingan dan konseling (PTBK), penelitian tindakan dilakukan oleh
guru pembimbing atau konselor sekolah di dalam kelasnya (baik kelompok maupun
individu) melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil
belajar konseli meningkat, yaitu dengan terciptanya perubahan perilaku dan pribadi yang
lebih baik pada konseli.
d.) Penelitian dan Pengembangan
Menurut Gay (1990), Penelitian Pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan
produk yang praktis digunakan di sekolah bukan untuk menguji teori. Sugiono dalam
bukunya "Metode Penelitian dan Pendidikan" menunjukkan bahwa metode Penelitian dan
Pengembangan, atau Research and Development (R&D), adalah metode penelitian yang
bertujuan untuk menciptakan produk khusus dan menguji seberapa efektif produk tersebut.
Penelitian pengembangan memiliki dua tujuan utama, yaitu pengembangan prototipe
produk dan penyusunan rekomendasi metodologis untuk perancangan dan evaluasi
prototipe produk tersebut (Van Den Akker dan Plomp:1993). Menurut Richey dan Nelson
(1996), terdapat dua tipe pengembangan: pertama, fokus pada perancangan dan evaluasi
satu produk atau program tertentu untuk memahami proses pengembangannya dan kondisi
yang diperlukan untuk implementasinya. Kedua, tipe ini meneliti program pengembangan
sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman tentang prosedur perancangan dan evaluasi
yang efektif.
Sugiyono mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan memiliki empat
tingkatan level: Level 1, yang merupakan level terendah, melibatkan penelitian untuk
menciptakan desain tanpa proses pembuatan produk atau pengujian. Level 2 mewakili
peneliti yang langsung menguji produk yang sudah ada. Pada Level 3, peneliti melakukan
3