Page 30 - Kumpulan jurnal Amorphophallus kelas A
P. 30
Meski suweg memiliki banyak manfaat, namun tanaman ini belum dibudidayakan secara
intensif oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, kajian etnoekologi tentang suweg menjadi sangat
penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan budidaya tanaman suweg
(Amorphophallus paconiifolius (Dennst.) Nicolson) oleh masyarakat di Desa Cisoka, Kecamatan
Cikijing, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan kajian lanjutan klasifikasi
masyarakat, habitat, dan konservasi tradisional tanaman suweg di Desa Cisoka.
Darpan dkk. (2013) menyatakan bahwa makanan tambahan sumber karbohidrat, seperti
singkong atau suweg, penting dilakukan pada musim kelaparan (yaitu musim dimana makanan
pokok, misalnya beras, langka) di masyarakat pedesaan. Misalnya, Lukitaningsih dkk. (2012)
menyimpulkan bahwa umbi suweg (Amorphophallus paconiifolius (Dennst.) Nicolson), walur
(Amorphophallus variabilis), dan porang (Amorphophallus oncophyllus Prain) merupakan sumber
karbohidrat alternatif pengganti nasi.
Ditinjau dari sifat fisikokimia memiliki potensi digunakan untuk pengental maupun bahan
pengisi, memiliki kandungan amilosa yang dan viskositas puncak tinggi (Gumilar et al., 2011),
sehingga tanaman suweg berpotensi sebagai bahan diversifikasi pangan, agar mendukung
ketahanan pangan, tanaman suweg perlu dibudidayakan dan diperkenalkan pada masyarakat,
karena dapat menggantikan peran beras sebagai makanan sumber karbohidrat. Suweg mudah
tumbuh di bawah naungan pohon tanpa pemeliharaan rutin dan juga pada lahan yang tidak
produktif seperti lahan perkebunan maupun lahan milik perhutani dapat dijadikan tumpang sari.
Selain itu peran suweg dapat mendukung program pemerintah dalam hal diversifikasi pangan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel tanaman amorphophallus jenis suweg yang didapatkan
didaerah Bengkulu Tengah, Seluma dan Bengkulu Utara. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
pengumpulan data lapangan dengan cara observasi dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan
dengan mengamati data biotik dan abiotik. Pada data biotik pengamatan ini meliputi tinggi batang,
diameter batang (atas,tengah,bawah), banyak helai daun, ukuran daun (daun yang paling kecil dan
daun yang paling besar), bentuk tumbuhan, warna tumbuhan dan tekstur tumbuhan. Sedangkan
pada data abiotik meliputi kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya, suhu tanah,
kelembaban tanah, pH tanah dan kondisi sekitar.
2.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan dengan tiga kali pengamatan, yakni pada bulan
September-Oktober 2023. Pelaksanaan kegiatan riset ini berlokasi di zona konservasi Ex-situ
Universitas Bengkulu, kota Bengkulu.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat:
1. Meteran
2. Termometer
3. Penggaris
4. HP
5. Digital Lux meter
6. Soil detector
7. Hygro meter
8. Alat tulis
9. Cangkul
10. Jangka sorong
11. label
Bahan:
1. 4 sampel tanaman amorphophallus suweg
2. Air
3. Pupuk kompos
4. Unsur hara
2.3 Cara Penelitian
Penelitian tanaman dilakukan setiap 3 hari sekali dengan tiga kali pengamtan. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung daun tertinggi
dengan menggunakan alat yaitu meteran. Pengukuran diameter batang diukur pada bagian
pangkal batang, Tengah batang dan atas batang menggunakan jangka sorong. Pengkuran daun
26