Page 70 - E-Modul Keanekaragaman Hayati Berbasis Pendekatan Saintifik Terintegrasi SSI
P. 70
bertahun-tahun, Indonesia disebut sebagai negara perusak hutan tropis primer dan
memusnahkan banyak keanekaragaman hayati akibat pembukaan kebun sawit.
Kebun sawit selama ini lebih banyak dikenal sebagai perkebunan monokultur
yang tidak ramah terhadap keanekaragaman hayati. Citranya sebagai kebun
monokultur seringkali membuat kebun sawit dinilai tidak dapat menampung biota
lain, termasuk satwa liar. Di tahun 2020 ini, Santosa dan tim dalam bukunya yang
berjudul Sawit dan Deforestasi Hutan Tropika Indonesia serta International
Journal of Oil Palm menyebutkan, lebih kurang 98 persen dari 23 perkebunan
skala besar di enam provinsi di Indonesia bukan berasal dari kawasan hutan. Selain
itu, hampir 67 persen kebun sawit tersebut juga bukan berasal dari hutan primer
melainkan dari lahan semak belukar, ladang, dan bekas kebun karet. Kebun sawit
juga tidak bisa diklaim memusnahkan semua keanekaragaman hayati. Walaupun
dapat menimbulkan dampak secara ekologis, namun dampaknya tidak seragam
pada semua satwa liar.
Tantangan-tantangan seperti bagaimana mendesain kebun sawit yang ramah
lingkungan, bagaimana mengelola lansekap perkebunan sebagai bagian habitat
bagi tumbuhan, satwa, dan biota penting lainnya, perlu dicarikan solusi terbaiknya.
Karena kepentingan kita terhadap sawit tidak saja semata kepentingan ekonomi,
tapi juga tanggung jawab moral terhadap kelestarian lingkungan. Sebagai negara
megabiodiversity, Indonesia berkomitmen menjaga kelestarian alamnya. Jika
komitmen ini didukung oleh banyak pihak, maka konservasi keanekaragaman
hayati sejatinya tidak saja menyelamatkan trilyunan rupiah devisa negara dari
perdagangan sawit, namun juga menyelamatkan kekayaan hayati Indonesia untuk
generasi berikutnya.
Sumber: http://kompas.com
Berdasarkan artikel di atas, buatlah:
a. Rumusan pertanyaan pada permasalahan di atas!
b. Hipotesis (jawaban sementara) untuk menjawab rumusan pertanyaan!
55