Page 56 - Ada - Bagian Dari Hidup (Puisi, Cerpen, Naskah drama)
P. 56

PUISI, CERPEN, NASKAH DRAMA

               bagaimana jika tidak bisa menafkahi kami semua sekeluarga lagi. Kau memikirkan

               bagaimana caranya agar terus dapat membiayai kuliah aku dan adikku setelah kau
               pensiun. Kau adalah orang pertama yang melarangku untuk kerja paruh waktu

               sembari kuliah. Kau tak ingin kuliahku tertanggu dengan kerja paruh waktuku. Kau

               akan terus berusaha menafkahi kami semua sampai akhir hayatmu. Kau benar-
               benar keras kepala ayah. hihihi...


               Ingatkah kau saat dulu aku begitu menantikanmu pulang kerja? Kau sanggat gemar

               tinju kan. Mungkin kesenangnanmu akan tinju turun kepadaku ketika aku kecil. Aku
               begitu bernafsu memukul-mukul telapak tanganmu ketika kau melepas lelah sehabis

               pulang kerja di sofa. Aku menganggap telapak tanganmu sebagai samsak dan ingin

               segera memukulnya (berkhayal sebagai petinju profesional yang sedang berlatih
               hahaha). Aku kagum kepadamu saat itu. Pasti kau sangat lelah fisik maupun pikiran

               sehabis seharian bekerja namun kau tetap melayaniku berlatih tinju sampai aku

               kelelahan dan ketiduran. Lalu kau membersihkan keringatku dan mengendongku
               untuk merebahkan aku di kamar. Oh sungguh indah sekali jika aku mengingatnya.


               Ayah dalam kesunyianmu aku tetap dapat melihat semburat kemilauan cahaya cinta

               yang ingin kau curahkan padaku namun kau selalu tak mendapatkan waktu karena
               aku merampok waktu itu. Ingin rasanya aku mengajak kita semua sekeluarga untuk

               piknik bersama lagi. Piknik bersama, hal yang sudah lama tak kita rasakan lagi ayah.


               Ayah ingatkah kau dulu ketika aku merengek ingin naik pesawat?  Kau langsung

               memboncengiku naik sepeda dan masuk ke dalam kawasan Halim Perdana Kusuma
               tanpa memikirkan resiko yang akan kau terima. Sampai dekat pos jaga halim yang

               dijaga oleh Provost kau berpura-pura acuh namun pak provost menangkap
               gelagatmu yang mencurigakan dan memberhentikan kita untuk diinterogasi.

               Kemudian pak Provost mengetahui bahwa kita bukan tinggal di halim dan tidak

               mempunyai kepentingan untuk masuk kawasan halim. Dengan isengnya pak provost
               mengerjaimu untuk push up. Aku menangis melihatnya namun kau tetap tersenyum

               sambil menjalani hukuman itu. Akhirnya dengan sedikit memohon kepada pak

               Provost kau berhasil membawaku untukku melihat pesawat-pesawat yang berada di
               Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma. Aku senang sekali saat itu melihat




                                                                                  COPYRIGHT: REFQI RIFAI   55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61