Page 9 - PR3 The Science of Getting Rich_Neat
P. 9
Pengantar Penerjemah
Saya membaca dan setuju-setuju saja. Ia menyampaikan kalimat-
kalimatnya dalam cara yang jernih dan provokatif. Lalu saya menambahi
sendiri: Benar, Bung! Segala sesuatu, mulai dari jarum pentul sampai
pesawat ruang angkasa, menjadi ada mula-mula karena orang
memikirkannya. Demikian pula jamu galian singset.
Selanjutnya, muncul dalam benak saya sebuah adegan, semacam
sinetron yang wagu. Anda sangat mencintai anak anda, dan anda
mengatakan kepadanya, “Aku sangat mencintaimu, Nak, tapi jangan
pernah minta apa pun kepadaku, ya.... Aku tidak akan sanggup
memberikan apa pun yang kaubutuhkan karena aku tidak pernah punya
cukup uang.”
Itu saya kira ekspresi cinta yang konyol. Dan Wallace tidak pernah
menyediakan tempat dalam dirinya untuk memikirkan kemiskinan.
Baginya, sebagaimana ia tulis dalam bukunya yang lain How to be A Genius
(atau The Science of Beeing Great), kebahagiaan terbesar manusia adalah
ketika ia bisa memberikan hal terbaik kepada orang-orang yang ia cintai.
Salah satu sarannya, yang berkaitan dengan kemiskinan, bahkan
terdengar sangat mengejutkan. Katanya, “Jangan peduli pada kegiatan-
kegiatan amal. Orang miskin tidak butuh amal. Kegiatan amal hanya
meringankan penderitaan dalam satu dua hari. Sebuah hiburan hanya
akan memberi kesenangan dalam satu dua jam. Orang miskin
membutuhkan inspirasi. Beri mereka inspirasi, dan itu adalah pemberian
yang akan bertahan seumur hidup.”
Dalam soal inspirasi, saya kira Wallace sudah membuktikan dirinya. Ia
bertahun-tahun hidup melarat dan kehilangan posisinya yang baik di
gereja Metodis karena dianggap bidah. Menurut penuturan anaknya,
suatu pagi menjelang natal, uang terakhir yang ada pada istrinya sudah
habis untuk membeli pohon natal. Wallace pulang saat itu. Dengan
9