Page 105 - Buku Paket Kelas 6 Agama Hindu
P. 105

          “Yawat metung kalobhan, niyata tan santosanikang wwang, tan santosa RZD \D WD􏰁 QL\DWD WD \D DPQJJXK ODUD SULKDWL􏰁 ODZDQ PDQJNLQ ZUGGKL SDQJDZHFDQLNDQJ LQGUL\D GHQLQJ NDOREKDQ􏰁 PDQJDZHFD SZDQJ LQGUL\D􏰁 KLODQJ WDQJ NDSUDMQDQ􏰁 PZDQJ VDOZLUQLQJ DML SDQJDQJDZUXK QLNDQJ ZZDQJ􏰁 NDGL NUDPDQLQJ DML WDQ VLQZDGK\D\D´
(Sarasamuscaya, 461)
Terjemahan:
“Semakin besar keluarnya kelobaan itu, pasti semakin besar ketidakpuasan orang itu, jika orang tidak puas, tak dapat tiada ia mengalami kesedihan dan kedukaan yang semakin hebat pengaruh indria itu oleh kelobaan, jika indria itu mengacaukan pikiran, maka lenyaplah kebijaksanaan dan segala ilmu pengetahuan orang itu, sebagai halnya ilmu pengetahuan yang tidak diamalkan.”
(Kajeng 1997:360)
Sifat tamak atau lobha membuat orang benci kepada kita, maka hindarilah dan jadilah orang dermawan, pengasih, dan penyayang.
3. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Krodha
Krodha artinya kemarahan. Sifat marah dimiliki oleh semua orang, oleh karena itu perlu dikendalikan. Kemarahan menyebabkan kita berkelahi, bertengkar, meyebabkan kita membunuh dan berbuat kejam kepada orang lain dan makhluk lainnya. Kemarahan juga menyebabkan pikiran kita bingung, sehingga sulit membedakan mana yang baik, mana yang buruk, dan akhirnya mengakibatkan penderitaan. Dalam kitab suci Sarasamuscaya disebutkan:
“Lawan lwierning kakawaca dening krodha, tan wruh juga ya ri salah kenaning ujar, tatan wruh ya ring ulah larangan, lawan adharma, wenang XXPDMDUDNHQ LNDQJ WDQ \XNWL ZXZXVDNHQD´
(Sarasamuscaya ,106)
   Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
99
          






















































































   103   104   105   106   107