Page 40 - Buku Paket Kelas 4 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
P. 40
“Narayana belum datang, mungkin Beliau akan datang nanti. Sebaiknya saya teruskan saja. Saya mesti melihat Narayana””.
Setelah beberapa menit berlalu ia menjadi gelisah, namun tetap tidak membuka hidungnya. Narayana tergerak hati Beliau oleh keyakinan Tuwon yang kuat, dan kesungguhan dari penggembala itu. Beliau khawatir penggembala itu akan kehabisan nafas. Maka Narayana lalu menampakkan diri. Tuwon melihat Narayana dengan rupa yang istimewa., dengan empat tangan dan memegang cakra.
36
Kelas IV SD
Tuwon Narayana
Tuwon Narayana
Tuwon
Narayana Tuwon Narayana
Tuwon Narayana Tuwon Narayana
: “Siapa anda ini?
:“Akuyangkamupuja.Akudatangmenampakkandirikarenakamu menutup hidungmu.”
: “bagaimana saya dapat percaya bahwa anda adalah Narayana?”
:“Kamubolehmemintaapasajayangkamuinginkandanakuakan kabulkan semua permintaanmu.”
:Nanti dulu, saya akan memanggil guru saya, jika ia mengatakan ya, maka saya akan percaya.
:“Baiklah, pergilah dan panggil dia.”
: Tetapi nanti dulu, mungkin setelah saya pergi anda telah menghilang.
:Tidak, aku tidak akan pergi, aku akan tetap berada disini hingga kau kembali.
: Tetapi bagaimana saya bisa mempercayaimu?
:“Kalau begitu lakukan apa maumu.”
: “Saya akan mengikat anda dengan tali pada pohon itu.”
: “Baiklah, lakukan apa yang kamu inginkan.” Tuwon segera mengambil seutas tali dari leher sapinya dan mengikat Narayana pada batang sebuah pohon. Segera ia menjemput pendeta, yang dianggapsebagai gurunya.Iamenemukandanmemegangkakinya. Brãhmanã berkata: “ Ada apa? Mengapa kau memegang kaki saya?” Tuwon menjawab: “Guruku, marilah pergi dengan saya dan lihat apakah benar ia adalah Narayana atau bukan.
Pendeta itu berpikir bahwa penggembala itu adalah tolol, tetapi anak itu memegang kakinya dan tidak membiarkan ia berjalan pergi. Akhirnya pendeta itu terpaksa mengikuti permintaan si penggembala itu. Setelah sampai
Sastra kata
Ketika mereka telah lama hidup dalam kebodohan, mereka menganggap diri mereka bahagia karena orang- orang yang bergantung pada perbuatan baik, karena nafsu boros mereka, mereka jatuh dan menjadi sengsara ketika hidup mereka (di dunia yang mereka peroleh dengan perbuatan baik mereka) sudah selesai.
(Mudaka Upanisad 1.2-9)