Page 2 - Artikel 2
P. 2
MENELAAH KEISTIMEWAAN BILANGAN PADA MATEMATIKA
Oleh : ISOLIHATUN, S.Pd, M.Pd
Kita sering merasa bosan dengan kata “Matematika”. Pasalnya, kini matematika hanya
berisikan rumus-rumus dengan keruwetannya sehingga menjadikan banyak yang malas untuk
mempelajarinya. Apalagi sistem pengajaran yang diterapkan jarang memberi bukti konkret
pada kehidupan sehari-hari.
Sejatinya, matematika memiliki andil besar dalam kehidupan alam semesta ini. Karena
setiap gerak gerik manusia tak lepas dari bilangan angka. Matematika sudah dicetuskan oleh
salah satu bapak filsafat, yaitu Pythagoras. Menurut Pythagoras, angka adalah perwujudan
kesempurnaan yang menjaga alam semesta. Alam semesta diatur dan diciptakan (created)
dengan perbandingan-perbandingan (ratio).
Harmoni angka terwujud dalam perbandingan-perbandingan yang membentuk alam
semesta, sehingga angka hakikatnya adalah inti tertinggi atas realitas dan sebagai perwujudan
dari Yang Sakral (Tuhan).
Kaum Pythagorean atau segerombol manusia yang kala itu sering berdiskusi dengan
Pythagoras memercayai bahwasanya angka itu sakral. Mereka memiliki kredo
bahwasanya number rules the universe.
Setiap angka mewakili realitas tertentu. Misal angka satu melambangkan asal mula
segala hal, sedangkan nomor dua mewakili materi. Angka tiga adalah "bilangan ideal" karena
memiliki awal, tengah, dan akhir, dan juga merupakan angka terkecil yang jika dijadikan titik
dapat membentuk sebuah segitiga, yang dihormati oleh penganut pythagoreanisme sebagai
simbol dewa Apollo.
Sedangkan angka empat adalah lambang empat musim dan empat unsur. Angka tujuh juga
dianggap suci karena merupakan jumlah planet. Selain itu, ada beberapa angka yang memiliki sifat
tersendiri, seperti angka “2” bersifat maskulin, angka “3” bersifat feminism, dan angka “5” bersifat
pernikahan. Karena angka lima adalah hasil penjumlahan dari “2+3”.
Terlepas dari kredo para penganut Pythagoreanisme, masyarakat Jawa kuno juga memiliki
kepercayaan tersendiri terhadap angka. Setiap hendak melaksanakan perhelatan seperti pernikahan
atau hajatan selalu memperhitungkan tanggal dan hari. Hal tersebut sering disebut dengan
kata Sengkala. Sengkala atau sengkalan adalah angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata,
gambar, atau benda. Sengkala dapat terwujud, karena dalam budaya Jawa masing-masing benda,
sifat, atau kondisi alam memiliki angka.
Kalender jawa yang dibuat pertama kali oleh Mpu Hubayun pada tahun 911 sebelum
masehi merupakan satu bukti konkrit bahwasanya orang Jawa kuno sudah
mempelajari Matematika dam memberikan filosofis terhadap setiap bilangan angka. Kalender

