Page 2 - ARTIKEL 1
P. 2

Kedudukan Matematika dalam Ilmu Pengetahuan

                                          Oleh : ISOLIHATUN, S.Pd, M.Pd


                       Semua ilmu pengetahuan yang dipelajari sekarang, baik ilmu pengetahuan sosial maupun
               ilmu pengetahuan alam bersifat empiris. Maksudnya ilmu tersebut didasarkan atas pengalaman –

               pengalaman indrawi. Namun demikian ada satu jenis ilmu yang tidak mendasarkan diri secara
               langsung pada pengalaman indrawi, yaitu matematika dan filsafat. Ilmu tersebut di sebut ilmu

               nonempiris yaitu ilmu yang tidak bermaksud meyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang

               konkret. Karena itulah dalam mempelajari matematika berbeda dengan mempelajari ilmu-ilmu
               lain. Misalnya saja dalam mempelajari IPA, pengamatan dan percobaan sangat diperlukan karena

               pada  dasarnya  ilmu  tersebut  mendasarkan  diri  pada  hasil-hasil  pengamatan,  sementara  untuk
               matematika pengamatan dan percobaan langsung kurang diperlukan.



                       Meskipun  matematika  tidak  mendasarkan  diri  pada  pengalaman-pengalaman  indrawi,
               bukan berarti dia terlepas sama sekali dari tahap indrawi. Ditinjau dari segi historis maupun segi

               pengalaman tampak bahwa matematika berpangkal dari segi-segi empiris tertentu dari realitas.
               Obyek utama dari matematika adalah aspek-aspek dan dimensi-dimensi realitas yang diulang yang

               kemudian disebut aspek kontinu dan aspek kuantitas kontinu dari realitas.


                       Banyak orang yakin bahwa bagaimanapun matematika mempelajari realitas namun dengan

               cara yang berbeda dengan cara-cara yang dipakai oleh ilmu lain. Matematika mempelajari relasi-
               relasi kuantitatif dengan mengabstraksi bermacam-macam pengalaman. Selanjutnya pengalaman

               itu diolah lebih lanjut lepas dari pengalaman tersebut.


                       Sebagai  contoh  diambil  geometri.  Dalam  ilmu  geometri  tidak  penting  bagaimana  cara

               obyek-obyek terwujud dalam realitas material. Geometri tidak tertarik dengan benda real yang
               dapat diamati secara empiris, melainkan tertarik pada bentuk-bentuk yang lepas dari perwujudan

               benda itu. Bentuk-bentuk tersebut diidealisir. Kita tidak akan menemukan dalam dunia nyata garis

               murni yang berdimensi satu atau bentuk persegi panjang berdimensi dua. Kita hanya menemukan
               model-modelnya  saja.  Jadi  pengalaman-pengalaman  empiris  dalam  matematika  hanyalah

               merupakan permulaan dan bukan merupakan dasar sebagaimana ilmu-ilmu lain.
   1   2   3   4