Page 10 - Modul Ibu Handayani (Bindo)
P. 10
KEGIATAN PEMBELAJARAN
STRUKTUR TEKS ANEKDOT
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik, model problem
based learning berbantuan media puzzle, peserta didik mampu
mengidentifikasi struktur teks anekdot dengan cermat dan tepat.
B. URAIAN MATERI
Benarkah teks anekdot cerita lucu yang mengandung sindiran seperti
yang disampaikan pada pendahuluan? Sebelum kalian mempelajari
materi ini lebih lanjut, kalian perlu ingat kembali materi pada modul
sebelumnya tentang mengevaluasi makna tersirat dalam teks anekdot.
Pada pembelajaran tersebut kalian sudah mendapatkan pemahaman
tentang makna dan fungsi dari teks anekdot. Teks anekdot berfungsi
sindiran atau kritikan dengan sajian berbentuk humor atau lelucon.
Sindiran tersebut dapat berkaitan dengan masalah politik, hukum, atau
kebiasaan sehari-hari.
1. Pengertian Teks Anekdot
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id), anekdot
merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan,
biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya. Anekdot dalam kehidupan sehari-hari
muncul dalam berbagai media dan bentuk. Ada anekdot yang muncul
dalam pementasan teater. Ada anekdot dalam teks tulis. Ada juga
anekdot yang muncul dalam pidato. Meskipun media anekdot bervariasi,
namun substansi anekdot tetap sama, yaitu lucu dan berisi kritikan
untuk menyindir. Untuk menyampaikan kritikan yang menyindir.
Kresna (2001) menyatakan bahwa materi anekdot dapat bervariasi.
Anekdot bebas berbicara tentang keadilan, kebenaran, kelayakan,
kepatutan, Hak Asasi Manusia, masalah politik (demokrasi, kebebasan
berpendapat, supremasi sipil dan kepastian hukum). Anekdot juga
mengupas berbagai kepincangan kehidupan dan menyusupkan kritik
sosial. Kritik dalam anekdot disertai humor, sebenarnya amat pedih,
namun tidak melukai siapa-siapa. Nilai hiburan amat tinggi dengan
jaminan resiko aman. Menurut Kresna (2001), sebagai sesuatu yang
fiktif, anekdot selalu hanya berpura-pura nyata, namun kemudian
berbelok tajam di ujungnya. Anekdot penuh spontanitas. Anekdot tidak
dituntut logis. Justru ketika semua anekdot itu logis, ia akan kehilangan
keanekdotannya, nilai spontanitasnya hilang, kejutan dan kelucuannya
jadi hambar.
Modul Ajar, HANDAYANI, S.Pd., Gr