Page 9 - Modul Prak. Ferronikel
P. 9
BAB II
PEMBELAJARAN
2 . 1 U R A I A N M A T E R I
Indonesia memiliki kekayaan alam berupa bahan galian yang berlimpah serta
tersebar di seluruh pelosok tanah air, di antaranya adalah bijih nikel di Sulawesi Tenggara
yang mulai dieksploitasi sejak tahun 1964 oleh PT. Nikel (Pertambangan Nikel Indonesia).
Nikel terbentuk dari dua proses genesa yang berbeda yaitu nikel sulfida dan nikel laterit.
Bijih nikel sulfida adalah endapan nikel yang terjadi sebagai mineral kompleks yang
mengandung tembaga, dan sedikit logam mulia dan kobalt. Bijih laterit terjadi sebagai
endapan yang massive di permukaan tanah atau tidak jauh di dalam tanah. Bijih laterit
merupakan bijih dengan karakteristik mineralogis yang cukup kompleks. Jenis nikel yang
banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis nikel laterik berdasarkan laporan United States
Geological Survey pada Januari 2015 (USGS 2015). Cadangan nikel dunia saat ini yaitu jenis
lateritik sebanyak 72% dan sisanya sulfida, tetapi produksi nikel saat ini sebagian besar
diperoleh dari jenis sulfida yaitu sebanyak 58% dan sisanya 42% dari jenis lateritic (Dalvi).
Nikel merupakan jenis logam yang berwarna kelabu perak dan memiliki sifat logam
yang kekuatan dan kekerasannya menyerupai besi. Daya tahan terhadap korosi dan karat
lebih dekat dengan tembaga. Kombinasi dari sifat-sifat yang lebih baik inilah yang
membuat penggunaan nikel begitu luas, dari bagian-bagian kecil alat elektronika sampai
peralatan alat-alat besar. Sifat yang menguntungkan lebih nyata dalam bentuk aliase.
Oleh karena itu lebih dari 70% dari logam nikel digunakan dalam bentuk aliase.
Aliase baja biasanya dibuat dari bahan logam nikel murni, tetapi dengan
berkembangnya teknik pembuatan besi baja, pemanfaatan nikel dalam bentuk aliase nikel
dan besi atau yang disebut ferronikel banyak dimanfaatkan menjadi stainless steel (baja
tahan karat), dan lain-lain. Distribusi untuk pemanfaatan ferronikel antara lain, stainless
steel 41%, nikel coating 13%, baja untuk bahan bangunan 11%, besi tuang 9%, barang
tembaga 3%, aliase nikel tinggi 19%, lain-lain 9%.
Pada proses ekstraksi nikel terdapat dua pilihan cara yang biasa dilakukan yaitu
pirometalurgi dan hidrometalurgi. Proses pirometalurgi menggunakan tipe laterit nikel
saplorit melalui tahapan pengeringan, reduksi, dan peleburan pada suhu tinggi dengan
produk nikel berupa feronikel, pig iron, dan mate nikel. Hidrometalurgi menggunakan laterit
limonit dan laterit saprofit yang kadar nikelnya lebih tinggi dibandingkan lapisan limonit,
proses ini melalui proses pelindian dengan prinsip melarutkan logam-logam yang terdapat
dalam bijih nikel (nikel dan kobalt) tanpa terjadinya pelarutan logam lain yang tidak
diinginkan (besi), produknya antara lain adalah Nikel Briket, Cobalt Briket, dan Amonium
Sulfate