Page 4 - eModul
P. 4
Indikator Pencemaran
Air menjadi salah satu kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia di bumi. Berdasarkan
kegunaannya airr digunakan untuk air minum, air mandi dan mencuci, air untuk pengairan
pertanian, air untuk kolam perikanan, air sanitasi serta air untuk transportasi, baik air sungai
ataupun air laut. Selain itu, kegiatan industri dan teknologi juga memerlukan air agar dapat
berjalan dengan baik.
Dalam kegiatan industri dan teknologi, air limbah industri (air yang telah digunakan) tidak
boleh langsung dibuang begitu saja ke lingkungan karena hal ini dapat menyebabkan
pencemaran air. Air tersebut haruslah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, agar
mempunyai kualitas yang sama dengan air lingkungan.
(Wardhana, 2004) Indikator atau tanda bahwa air pada suatu lingkungan telah tercemar
adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
a) Sifat fisika air yang belum tercemar yaitu tidak memiliki rasa/tawar, tidak berwarna,
suhu air biasanya sejuk atau tidak panas, jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya
terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut serta tidak keruh.
b) Sifat kimia air yang belum tercemar yaitu tidak mengandung kadar senyawa kimia yang
berlebih seperti kadar besi (Fe) tidak boleh melebihi batas (1,0 mg/l), PH air tidak
memiliki keasaman dan tidak basa, PH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9,
kadar tembaga (Cu) tidak boleh dalam dosis tinggi, kadar maksimum klorida dalam air
bersih adalah 600 mg/l, kadar zeng (Zn) di dalam air bersih adalah 15 mg/l serta kadar
oksigen terlarut (DOB) jenuh pada 9 mg/L.
c) Sifat biologi air yang belum tercemar yaitu tidak mengandung bakteri patogen serta
terdapat kehidupan flora fauna didalamnya, sebagai contoh bakteri E. Coli.
Faktor Penyebab
Berdasarkan asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara
lain:
a. Limbah Pertanian
Di dalam limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida yang terbawa oleh air dapat berdampak buruk pada biota sungai sehingga
menyebabkan biota sungai mati. Namun jika biota sungai yang telah terkontaminasi
dengan insektisida tidak mati, kemudian dimakan oleh hewan ataupun manusia dapat
menyebabkan keracunan. Untuk mencegah hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan memilih insektisida dengan spektrum yang sempit (khusus membunuh
hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan
penyemprotan sesuai aturan. Tidak membuang sisa obat ke sungai. Sedangkan pupuk
organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air