Page 15 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 15

xiv   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            yang bercorak represif, pada akhirnya akan menimbulkan
            ongkos pembangunan (cost of development) yang sangat
            mahal, tidak hanya ongkos ekologi (ecological cost) berupa
            kerusakan sumber-daya alam dan pencemaran lingkungan
            hidup  dan  ongkos  ekonomi  (economical  cost)  berupa
            hilangnya  sumber-sumber masyarakat  adat, melainkan
            juga ongkos sosial budaya (social and cultural cost) berupa
            kerusakan tatanan sosial dan kebudayaan masyarakat adat.

                Eksistensi hak-hak adat masyakat adat sering dikalahkan
            oleh kepentingan-kepentingan golongan atau pihak-pihak
            tertentu dengan cara  mendompleng  pemerintah.  Alasan
            yang  sering dipakai adalah  pemanfaatan  sumberdaya
            alam demi kepentingan nasional, yang dituangkan dalam
            kebijakan  pemerintah.  Penggerusan  eksistensi hak-hak

            adat tercermin dalam kebijakan pertambangan, kehutanan,
            pemanfaatan pulau-pulau kecil, dan kebijakan pemerintah
            pusat  atau  pemerintah daerah  yang  lebih  memihak
            kepentingan pemodal.
                Saya menyambut baik buku karya Dr. Julius Sembiring,
            yang  telah  memetakan dinamika dan  permasalahan

            berkaitan dengan tanah ulayat di Indonesia. Pada dasarnya
            tujuan dari  diketahuinya  permasalahan  tanah  ulayat
            terutama  yang  berkaitan dengan  pembangunan adalah
            untuk mengetahui sejauh mana keberpihakan pemerintah
            kepada eksistensi  masyarakat adat di  Indonesia.  Selain
            itu juga buku ini akan memberikan wawasan kepada para
            pengajar hukum  adat khususnya  di  bidang  pertanahan
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20