Page 89 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 89
tahu diuntung dan telah menggadaikan harkat martabat nenek
moyang.
Kedua, Pusako Rendah. Yang dimaksud harta pusaka
rendah ialah harta warisan yang didapat dari ayah dan ibu yang
merupakan hasil usahanya sendiri. Pusaka rendah juga dapat
diartikan sebagai harta hasil pencarian suami dan istri sehingga
masih diketahui secara jelas asal usul kepemilikannya. Harta
ini boleh diperjual-belikan oleh pewarisnya. Dalam praktiknya,
meskipun harta pusaka rendah boleh dikuasai dan dimiliki oleh
anak laki-laki, namun sering kali hanya dikuasai dan dimiliki oleh
anak perempuan.
Selain dikarenakan konsekuensi diberlakukannya konsep
matrilineal, dominasi perempuan menguasai harta kekayaan
adat juga terjadi karena ada konstruksi keyakinan masyarakat
yang menganggap laki-laki lebih kuat dan mampu mencari harta
sendiri. Sebab itu pula, perempuan menikah dalam adat Andiko
Nan 44 tidak ikut dibawa suami tinggal di rumahnya, tetapi suami
justru ikut dengan istrinya karena telah mewarisi harta pusaka
rendah berupa rumah dan tanah perkarangan dan yang lainnya,
yang telah diwariskan oleh orang tuanya. 75
Bagi Masyarakat Adat Kenegerian Senama Nenek,
sebagaimana jamak Masyarakat Adat Kenegerian lainnya di
Andiko Nan 44, ulayat dipahami sebagai bagian harta Pusako
tinggi atau soko. Menjadi wilayah bagi kehidupan suatu kaum/
suku di mana mereka hidup, berusaha, tumbuh dan berkembang
mengandalkan segala sumber yang diberi alam di atas dan di
75 M. Taufik, Islam Kampar: Harmoni Islam dan Tradisi Lokal, Idea Press Yogyakarta, Bantul,
2012, hlm. 271-273. Lihat juga Zikri Darussalam, “Kewarisan Adat Limo Koto Kampar,”
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15, No. 2, 2016, hlm. 289-290.
54 Reforma Agraria Tanah Ulayat