Page 18 - Flipbook UAS medtek baru lagi_Neat
P. 18

Para sastrawan dan cendekiawan penentang  Lekra membuat  Manifes

                              Kebudayaan tanggal 17 Agustus 1963. Mereka mendukung Pancasila, tetapi
                              menolak  bergabung  dengan  Nasakom.  Para  sastrawan  dan  intelektual  itu

                              menghendaki suatu kebudayaan Indonesia yang tidak didominasi oleh ideologi
                              tertentu. Tokoh manifes ini adalah H.B. Jassin. PKI kemudian menggunakan

                              kekuasaan  Bung  Karno  untuk  melarang  kegiatan  manifes  kebudayaan.

                              Akhirnya, Bung Karno benar-benar melarangnya tanggal 8 Mei 1964. Bahkan
                              H.B. Jassin kemudian dipecat sebagai dosen di Universitas Indonesia Jakarta.


                              Demikianlah cara PKI menciptakan suasana yang menguntungkan kepentingan

                       politiknya.  Mereka  menempel  setiap  kebijakan  BungKarno  dengan  membentuk

                       lembaga-lembaga  pendukung.  Teror  dan  fitnah  mereka  jalankan  untuk  menghadapi
                       kelompok antikomunis. Berkat dukungan dan perlindungan Bung Karno, PKI mampu

                       memasuki seluruh sendi kehidupan bangsa. Oleh karena itu, PKI tinggal menunggu
                       waktu untuk merebut kekuasaan sesuai dengan doktrin komunisme.


                   4.  Peristiwa G 30 S/PKI
                              PKI merupakan partai terbesar di dunia di luar negara komunis. Pada tahun 1964

                       PKI  telah  berubah  menjadi  kekuatan  yang  besar  dan  agresif  dalam  perpolitikan

                       Indonesia. PKI mengusulkan kepada Bung Karno agar dibentuk ”Angkatan Kelima”.
                       Yang dimaksud PKI adalah agar rakyat yang di bawah pengaruhnya dipersenjatai. Oleh

                       karenaitu, para gerilyawan PKI memperoleh latihan kemiliteran di pangkalan udara
                       Halim Perdana kusuma. Jumlah kader PKI yang ikut kursus dan latihan hingga bulan

                       September  adalah  dua  ribu  orang.  Mendekati  akhir  bulan  September  1965,  ribuan

                       tentara berkumpul di Jakarta. Orang menduga bahwa itu dilakukan untuk menyambut
                       hari ABRI tanggal 5 Oktober. Dengan kedudukan dan potensi itu, PKI mempersiapkan

                       perebutan kekuasaan. Persiapan dilakukan secara matang dilakukan oleh Biro Khusus
                       yang dipimpin Sjam Kamaruzzaman.

                              Biro Khusus menyarankan kepada pimpinan PKI D.N. Aidit untuk mengadakan

                       perebutan kekuasaan (pemberontakan). Hal ini diputuskan dalam rapat pimpinan biro
                       tersebut pada bulan Agustus 1965. Keputusan itu ditindak lanjuti dengan rapat rahasia

                       secara maraton.
                              Setelah melalui serangkaian rapat, PKI kemudian mengambil keputusan akhir.

                       Keputusannya adalah komandan gerakan dijabat Letkol Untung (Komandan Batalion I
                       Resimen Cakrabirawa). Resimen ini sehari-hari bertugas mengawal presiden.


                                                                                                       18
   13   14   15   16   17   18   19   20   21