Page 3 - My FlipBook
P. 3

secara benar. Pemahaman tersebut akan berpengaruh pada sikap dan tindakan

                     orang  beriman  dalam  mendudukkan  dan  memperlakukan  Kitab  Suci  bagi
                     kehidupan berimannya. Pemahaman yang benar itu menyangkut pemahaman
                     tentang sejarah terjadinya, latar belakang atau konteks sejarah saat Kitab Suci
                     itu disusun, latar belakang penulisnya, jenis sastra dalam penulisannya, isi, dan

                     maksud penulisannya.
                              Kitab Suci Perjanjian Lama seperti yang dimiliki umat Kristiani saat ini
                     disusun melalui proses yang panjang sekitar lebih dari sepuluh abad, sejak abad
                     XI Sebelum Masehi sampai kurang lebih abad I Sesudah Masehi. Pada mulanya
                     berupa  kumpulan  cerita-cerita  tentang  pengalaman  bangsa  Israel  dalam
                     hubungannya dengan sejarah bangsanya dan sekaligus peranan serta kehadiran
                     Allah  dalam  seluruh  perjalanan  hidup  mereka.  Pengalaman-pengalaman
                     penyelamatan Allah sepanjang sejarah mereka itu diceritakan kepada anak cucu
                     mereka  secara  turun  temurun.  Hingga  suatu  saat  ada  orang-orang  tertentu
                     yang  mendapat  ilham  Roh  Kudus  menyusun  dan  menuliskannya  menjadi
                     sebuah buku utuh seperti yang kita miliki sekarang ini.
                  B. Tradisi Lisan sebagai Sarana Pewarisan Nilai-nilai Luhur dalam Masyarakat
                              Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berbagai macam
                     legenda yang ada dalam masyarakat.. Umumnya tidak pernah ada yang tahu,
                     kapan  legenda  tersebut  mulai  muncul,  sebab  legenda  tersebut  awalnya
                     diceritakan secara lisan dan secara turun temurun, hingga suatu saat ada orang-
                     orang yang menuliskannya. Itulah sebabnya sering ditemui pula, legenda yang
                     sama tetapi dalam penuturannya berbeda.
                     Simaklah legenda berikut!
                                           Legenda Gunung Tangkuban Parahu
                              Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang
                     berbuat  kesalahan,  maka  oleh  Sang  Hyang  Tunggal  mereka  dikutuk  turun  ke
                     bumi  dalam  wujud  hewan.  Sang  dewi  berubah  menjadi  babi  hutan  (celeng)
                     bernama celeng Wayung Hyang, sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing
                     bernama si Tumang. Mereka harus turun ke bumi menjalankan hukuman dan
                     bertapa mohon pengampunan agar dapat kembali ke wujudnya menjadi dewa
                     dewi kembali.
                              Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di
                     tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring
                     (keladi  hutan),  dalam  versi  lain  disebutkan  air  kemih  sang  raja  tertampung
                     dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang
                     yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum
                     air  seni  sang  raja  tadi.  Wayung  Hyang  secara  ajaib  hamil  dan  melahirkan
                     seorang bayi yang cantik, karena pada dasarnya ia adalah  seorang dewi. Bayi
                     cantik  itu  ditemukan  di  tengah  hutan  oleh  sang  raja  yang  tidak  menyadari
                     bahwa ia adalah putrinya. Bayi perempuan itu dibawa ke keraton oleh ayahnya
                     dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi
   1   2   3   4   5   6   7   8