Page 20 - Ikan dan Teman-temannya
P. 20
Dicampakannya kailnya ke dalam sungai, tetapi
ikan tidak juga terpancing. Setelah itu ia memulai
membaca mantra. Ia memulai bernyanyi ria.
“Oh, air pasang telan ke insang. Air surut telan
ke perut. Renggutlah…! Biar putus jangan direbut.”
Itulah mantra yang didendangkan Awang
Gading. Setelah ia duduk lama, hari pun mulai
petang, matahari sudah mulai condong. Namun,
tak satu ikan pun yang diperolehnya. Awang
Gading pun bergegas pulang. Dari kejauhan
terdengar suara sayup-sayup.
“Oek, oek, oek.” Awang Gading pun terkejut.
“Heh, petang-petang macam gini, ada suara
budak bayi, budak kecik, siapa agaknya yang
meninggalkan anaknya di tengah-tengah sungai
ni?”
Si Awang berjalan menuju ke tempat asal suara.
Alangkah terkejut ketika ia melihatnya.
“Masya Allah, Subhanallah, ada bayi perem -
puan, cantik yang ditinggalkan oleh maknya.
Siapa lah mak bapaknya ni sampai hati meninggal-
kan anaknya ni?”
Si Awang Gading pun mengambil bayi perem-
puan itu dan membawanya keluar. Sebelum
dibawa pulang ke rumah, Awang ini pergi ke
rumah kepala desa dan berkata,
14