Page 49 - Ziarah Ketanah Jawara
P. 49

terkecil  untuk  membawa  perubahan  yang  besar  bagi  negeri  ini.

          Hidup Indonesia! Aku cinta Indonesia!” teriakku penuh semangat.
                 “Wah  benar-benar  sang  petualang  sejati.  Kalau  begitu  mau

          berhenti  dulu  untuk  memungut  sampah  dan  membersihkan  area

          pantai.”
                 “Hah!”

                                         ***

                 Senja hendak beradu dengan malam. Namun, mereka saling
          mengerti  dan  tidak  egois.  Mereka  saling  menghargai  dan

          menghormati  satu  sama  lain.  Masing-masing  mengatur  diri  agar
          terjalin keharmonisan.

                 Kususuri  kembali  jalanan  Kota  Cilegon,  semakin  sore
          semakin  ramai  jalanan,  padat  dengan  arus  lalu  lintas.  Terlebih

          sebagian  masyarakat  di  sini  bekerja  di  perusahaan  daerah  sekitar

          Merak,  Anyer,  dan  Bojonegara.  Jadi  pukul  17.00  merupakan  alur
          yang padat untuk dilalui. Berbeda dengan tiga hari sebelumnya saat

          aku melewati jalanan ini pada siang hari.
                 “Sebelum pulang ke rumah, Tante akan mengajakmu makan

          di  Rumah  Makan  Sate  Bebek  Cindelaras  karena  Tante  tidak
          memasak. Om Arya sudah menunggu di sana.”

                 “Selain sate bebek ada menu lain tidak, Han? Kamu tahu kan

          aku tidak suka bebek?”
                 “Eits, petualang sejati harus mudah beradaptasi dalam segala

          situasi dan kondisi. Masa di tengah hutan makannya pizza!”


                                          38
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54