Page 36 - E-BIOSTORIETTE STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN
P. 36
selalu saling menyayangi.” Sekali lagi kami berpelukkan, berharap percakapan ini
dapat menjadi penenang hati.
Bukan hanya aku, semua saudaraku masih merasa semua yang telah
berlalu seperti mimpi buruk yang berkepanjangan. Rasanya kami ingin segera
bangun dan sadar bahwa pagi sudah mulai terang. Perasaan kami semakin hancur
saat itu. Bukannya kami tak rela memberi kebebasan ibu memilih apa yang
menurutnya membuat bahagia, hanya saja kami tidak siap kecewa lagi jika salah
melangkah. Ini membuatku bertanya-tanya, “Apa ini alasan ibu selalu pergi tanpa
pamit meninggalkan rumah? Apa ini alasan ibu pergi meninggalkan ayah? Apa ini
yang disebut ibu itu penjahat egois?! Ah! Ini terasa menyebalkan!” Sementara di
sisi lain, kami pun tak tega melihat ayah yang masih mengharapkan ibu dengan
terus menyendiri seperti itu. Ini semua terasa begitu sesak dan pilu.
Waktu terus berjalan, semakin lama itulah yang mengubah beberapa
keadaan kami menjadi lebih baik, terutama bagi ayah. Ayah tidak lagi menjadi
penyendiri yang hanya menunggu ketidakpastian dari ibu. Kakak-kakakku bilang,
selama tinggal dengan ayah, mereka sangat merasa beruntung. Kedewasaan dan
keteguhan ayah yang telah mengubah mereka menjadi seseorang yang berguna,
seseorang yang dapat disebut sukses. Inilah yang membuat aku tersadar bahwa
kami sudah mulai bangun dari mimpi buruk lalu. Kami bersyukur dengan
kehadiran ayah, kami tidak lagi kesepian seperti jangkrik lagi di malam hari. Itu
semua karena perhatian kakak-kakakku sangatlah tidak ternilai besarnya.
Begitupun dengan ibu, meskipun aku masih tidak mengerti dengan keputusan ibu
untuk meninggalkan orang sebaik ayah, tetapi aku akan tetap bersyukur dan
menerimanya dengan lapang. Aku hanya ingin ibu lebih perhatian seperti ayah,
karena kami masih anak sekolah.
11