Page 21 - MAJALAH MATA EDISI 39 _Neat
P. 21
Jesus the Center
Jesus the Center
of Love
of Love
Oleh: Urbanus Bau, S.Sos.
Oleh: Urbanus Bau, S.Sos.
Oleh: Urbanus Bau, S.Sos.
Para panyair cinta pernah berkisah, jika harus dan sederhana yang terkadang dimarginalkan
memilih antara nafas dan cinta, maka aku pasti sebagai sampah masyarakat. Hal ini merupakan
memilih nafas terakhir untuk mengatakan “aku wujud dan bentuk solidaritas Allah yang sangat
cinta padamu”. Slogan ini tentu saja sekedar luhur untuk kita. Ia menghendaki agar tak seorang
penyejuk rasa agar kita mampu menghayati pun di antara kita tidak terlepas dari genggaman
solidaritas Allah melalui peristiwa inkarnasi kasih Allah, dan tetap tinggal dalam kasihNya.
sebagai wujud cinta Allah terhadap manusia yang Pertanyaan untuk kita, apa bentuk cinta dan
berdosa. Komitmen cinta dan kesetiaan kepada solidaritas kita kepada Allah? Suatu hal yang
Allah merupakan pilihan wajib bagi setiap umat dikehendaki Allah sebagai bentuk solidaritas kita
manusia yang mengimani Allah, dan tetap tinggal kepa Allah adalah menjadikan Yesus sebagai the
dalam cinta Allah hingga nafas kehidupannya yang center of love, yakni cinta yang utuh, tulus, dan
terakhir. “Jesus the center of love” merupakan cinta yang tak terkikis oleh erosi egoisme dan
tema yang dapat menghantar kita untuk hawa nafsu manusiawi kita, melainkan semata-
memusatkan perhatian dan cinta kita kepada Yesus mata demi Yesus. Solidatas kepada Allah tentu
sebagai pusat dan sumber segala cinta, saja harus diwujudkan melalui solidaritas kita
terinspirasi dari Kitab 1 Yohanes 4:16 yang kepada sesama. Sekecil apapun solidaritas kita
berbunyi “Kita telah mengenal dan telah percaya kepada sesama, akan menjadi makna natal ketika
akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, kita melakukan itu karena cinta dan kepedulian bagi
dan barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia mereka yang membutuhkan. Kandang binatang yang
tetap berada dalam Allah dan Allah di dalam dia. menjadi tempat kelahiran Yesus sang Penyelamat
Natal merupakan momen istimewa bagi umat merupakan bentuk solidaritas para gembala, tiga
Kristiani untuk merenungkan peristiwa inkarnasi di raja dari Timur yang membawa persembahan yang
mana Allah telah mendahului mencintai manusia mahal bagi Bayi Yesus merupakan bentuk
berdosa melaui kehadiran sang Putra yang rela solidaritas berdasarkan kapasitas mereka masing-
menjadi manusia, dan rela dilahirkan di kandang masing. Setiap kita tentu memiliki kapasitas dalam
binatang ketika manusia menolaknya untuk bentuk talenta yang harus dibagikan secara tulus
dilahirkan di dalam rumahnya. Kandang binatang kepada sesama kita, tidak harus dalam bentuk
merupakan pilihan terakhir bagi Bunda Maria untuk materi yang mahal seperti tiga raja dari timur,
melahirkan Yesus sang Putra Allah. Kisah kelahiran melainkan tenaga dan pikiran kita yang dapat
Yesus ini tentu saja menjadi fefleksi iman bagi kita memberdayakan orang lain yang sedang tidak
bahwa Allah rela turun menjadi manusia biasa berdaya merupakan bentuk solidaritas kita yang
seperti kita, sekalipun terhina melalui kelahiranNya luhur dan mulia. Keluhuran solidaritas kita
di kandang bintang, semua itu terjadi semata- terhadap sesama tidak terletak pada berapa
mata karena kecintaan Allah kepada manusia yang banyak yang kita beri dan lakukan kepada orang
terhina karena dosa. lain, melainkan terletak pada ketulusan berbagi
yang berasal dari hati yang berpusat pada Yesus
Hal ini mau mengingatkan kita tentang
sebagai the center of love. Emanuel.
kehadiran Yesus tidak hanya untuk orang hebat
dalam masyarakat yang memiliki rumah mewah
dan berpakaian berharga mahal seperti raja di
Istana, melainkan Ia datang untuk orang
miskin 21