Page 11 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 11

SERIKAT BURUH INI DESAK JOKOWI BATALKAN PENGESAHAN UU CIPTA KERJA

              Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) menolak pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja.
              Mereka mendesak Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
              Undang-Undang (Perppu) tentang pembatalan pengesahan UU Cipta Kerja.

              Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) KRPI, Saepul Tavip, menyebut jika UU Cipta
              Kerja  tersebut  tetap  disahkan  oleh  pemerintah  maka  pihaknya  akan  melakukan  uji  materi.
              "Apabila  pemerintah  bersikeras  mengundangkan  peraturan  tersebut  maka  kami  akan
              mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi," kata Saepul lewat keterangan tertulis hari
              Rabu, 7 Oktober 2020.

              Selain  berdampak  pada  79  undang-undang  eksisting,  penerapan  omnibus  law  juga  menuai
              protes, termasuk pekerja. Sebab, kata dia, pembahasannya tidak membuka ruang publik dalam
              penyusunan rancangan undang-undang (RUU) tersebut.

              Penolakan dari berbagai pihak, lanjut dia, diredam dengan janji akan membuka ruang untuk
              memberi masukan secara terbuka dalam proses pembahasan.

              "Berbagai usulan masyarakat seperti angin lalu, meskipun argumentasi filosofis, juridis, maupun
              sosiologis telah disampaikan berbagai pihak jauh lebih kuat karena bernafaskan konstitusi UUD
              1945,  ketimbang  muatan  Naskah  Akademik  dan  RUU  Cipta  Kerja  yang  dibuat  Pemerintah,"
              ungkap dia.

              Sama dengan lapisan masyarakat lainnya, KRPI hanya mendapatkan draf yang katanya draft
              final RUU Cipta Kerja. "Dan katanya dibagikan ke media oleh salah satu pimpinan Baleg DPR RI.
              Pertanyaan dasar: dapatkah suatu RUU disahkan sebagai UU tanpa ada draf final?" lanjut dia.

              Jika  draf  yang  katanya  draf  final  RUU  Cipta  Kerja  tersebut  sudah  beredar  benar  adanya,
              pertanyaan  berikutnya,  adalah  soal  klaster  ketenagakerjaan.  "Kenapa  isi  draf  final  berbeda
              dengan keputusan rapat panja RUU Cipta Kerja, Minggu, 27 September 2020, di Hotel Swissbell
              Tangerang," katanya.

              Dia menilai ada indikasi sabotase keputusan panja terhadap klaster ketenagakerjaan. Misalnya
              Pasal 59 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Pasal 66 tentang alih daya (
              outsourcing ). Putusan Panja adalah kembali ke UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

              Namun, sambung dia, menurut draf final, syarat PKWT maksimal 3 tahun dihapus dan hanya
              ada sekali perpanjangan PKWT, outsourcing tanpa batasan, berlaku bagi jenis pekerjaan apapun
              (core dan non core). "Yang di UU 13/2003 jelas batasannya," lanjut dia.

              Menurut  Saepul,  bunyi  pasal  tersebut  jelas  memastikan  penurunan  perlindungan  terhadap
              pekerja,  pekerja  semakin  rentan  dilanggar  hak-hak  normatifnya,  seperti  upah  minimum
              (termasuk upah lembur) dan jaminan sosial. "Ini salah satu contoh masih yang lainnya soal upah
              minimum,  mekanisme  PHK  serta  kompensasinya,  penggunaan  TKA,  jam  kerja  lembur  dan
              bahaya lainnya dalam klaster ketenagakerjaan di UU Cilaka," tuturnya menegaskan.

              Dengan demikian, dia menyimpulkan draf final RUU Cipta Kerja yang telah menjadi UU Cipta
              Kerja terindikasi kuat cacat hukum yaitu cacat formal dan materil. Serta, bertentangan dengan
              UUD  1945  dan  TAP  MPR  XVI/MPR/1998  tentang  Politik  Ekonomi  Dalam  Rangka  Demokrasi
              Ekonomi.

              "Selain  undang-undang  tersebut  tidak  berpihak  dan  tidak  melindungi  pada  Pekerja/Buruh
              Indonesia, serta tidak menjamin terciptanya lapangan kerja yang layak bagi rakyat Indonesia,"
              tuturnya.


                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16