Page 168 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 JUNI 2020
P. 168

"Lalu  untuk  perlindungan  sosial  yang  menyangkut  program  PKH,  sembako,    bansos    untuk
              Jabodetabek,    bansos    nonJabodetabek,  kartu  prakerja."    "Diskon  listrik  yang  diperpanjang
              menjadi enam bulan, dan logistik untuk sembako serta BLT dana desa, itu mencakup Rp 203,9
              triliun," tuturnya.

              Ketiga, untuk dukungan kepada UMKM dalam bentuk subsidi bunga, penempatan dana untuk
              restrukturisasi, dan mendukung modal kerja bagi UMKM yang pinjamannya sampai Rp 10 miliar.

              Serta, belanja untuk penjaminan terhadap kredit modal kerja darurat.

              "Kalau pakai kata-kata Presiden, kredit modal kerja yang diberikan untuk UMKM di bawah Rp
              10 miliar pinjamannya."  "Itu dukungan di dalam APBN mencakup Rp 123,46 triliun," terangnya.

              Keempat, untuk insentif dunia usaha agar mereka mampu bertahan dengan melakukan relaksasi
              di bidang perpajakan dan stimulus lainnya, mencapai Rp 120,61 triliun.

              Kelima, untuk bidang pembiayaan dan korporasi termasuk di dalamnya PMN, penalangan untuk
              kredit modal kerja darurat untuk non-UMKM padat karya.


              Serta,  belanja  untuk  premi  risiko  bagi  kredit  modal  kerja  bagi  industri  padat  karya  yang
              pinjamannya  Rp  10  miliar-Rp  1  triliun,  termasuk  penjaminan  untuk  beberapa  BUMN,  dana
              talangan sebesar Rp 44,57 triliun.

              "Itu masuk kategori pembiayaan korporasi, baik BUMN, korporasi padat karya di atas Rp 10
              miliar-Rp 1 triliun, dan untuk non padat karya," jelasnya.

              Terakhir,  anggaran  Covid-19  diperuntukkan  juga  bagi  dukungan  bagi  sektoral  maupun
              kementerian dan lembaga serta pemda, dengan nilai mencapai Rp 97,11 triliun.

              "Jadi total penanganan covid-19 adalah Rp 677,2 triliun," ucap Sri Mulyani.

              Tampung Program PEN  Pemerintah merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun
              2020 yang memuat postur APBN, setelah adanya Pandemi Covid-19.

              Perpres  direvisi  untuk  menampung  program  Pemulihan  Ekonomis  Nasional  (PEN)  yang
              sebelumnya tidak diatur.

              "Karena  dalam  perpres  awal  lebih  fokus  pada  krisis  bidang  kesehatan  dan  bansos  kepada
              masyarakat."   "Serta bagian ketiga mengenai ekonomi dan keuangan serta pemulihannya akan
              tertuang dalam revisi perpres ini," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani seusai rapat terbatas,
              Rabu (3/6/2020).

              Pemulihan Ekonomi Nasional nantinya akun diatur secara tekni melalui PP 23 tahun 2020.

              Terdapat  4  modalitas  ditambah  instrumen  APBN  untuk  mendukung  program  pemulihan
              tersebut.

              "Kita bahas pada hari ini mengenai PEN itu melalui 4 modalitas."  "Yakni PMN (penanaman
              modal negara), penempatan dana pemerintah di perbankan, investasi pemerintah, penjaminan,"
              "Plus belanja-belanja negara yang ditujukan untuk menjaga dan memulihkan ekonomi nasional
              akibat Covid-19," paparnya.

              Sri  Mulyani  menegaskan,  pemerintah  telah  melakukan  konsultasi  dengan  sejumlah  lembaga
              dalam merevisi Perpres 54/2020 mengenai postur APBN, serta penetapan program pemulihan
              ekonomi nasional tersebut.
              Baik itu dengan Komisi XI DPR, maupun antar-lembaga di dalam pemerintah itu sendiri.

                                                           167
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173