Page 58 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 SEPTEMBER 2019
P. 58
Title KABUPATEN SLEMAN PUNYA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PALING BANYAK
Media Name krjogja.com
Pub. Date 17 September 2019
https://krjogja.com/web/news/read/109925/Kabupaten_Sleman_Punya_Tingka
Page/URL
t_Pengangguran_Terbuka_Paling_Banyak
Media Type Pers Online
Sentiment Positive
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta, Andung Prihadi
Santosa, menyebut, jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) DIY, paling banyak berasal
dari Kabupaten Sleman, disusul Kota Yogya, Bantul, Gunungkidul dan Kulon Progo.
"Kalau dari struktur jumlah, TPT ada di Sleman. Mungkin banyak yang tinggal di sana.
Karena penduduk terbesar tinggal di Sleman," kata Andung kepada KRJOGJA.com, Selasa
(17/09/2019).
Menurutnya, tingkat pengangguran terbuka di DIY tahun 2018, data dari Baban Pusat
Statistik survei tenaga kerja daerah, angkanya mencapai 3,35 persen. Meningkat lebih halus
dibandingkan 2017.
"Memang meningkat jumlah penganggurannya tapi tidak banyak. Normal setiap tahun naik
turun, tapi 2018 tidak ekstrem. Sementara untuk 2019, belum bisa dihitung," ucapnya.
Sekitar 73 ribu orang di DIY yang disurvei penduduk ber-KTP maupun yang tinggal di DIY,
TPT perkotaan di Yogyakarta Agustus 2018 sebesar 4,07 persen lebih tinggi dibandingkan
dengan TPT daerah pedesaan sebesar 1,60 persen. Hal ini terjadi karena di wilayah
perkotaan memiliki sektor formal yang lebih banyak dibandingkan wilayah pedesaan.
Diketahui bahwa sektor formal lebih sulit dimasuki oleh para angkatan kerja yang
menggunakan keahlian atau syarat-syarat tertentu dibandingkan sektor informal. Selain itu
penduduk pedesaan biasanya tidak terlalu selektif memilih lapangan pekerjaan, sehingga
akan melakukan kegiatan apa saja walau hanya sebagai pekerja keluarga, pekerja bebas
pertanian.
Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2018, tingkat pengangguran
terbuka untuk lulusan Universitas paling tinggi di antara tingkat pendidikan lain yaitu 8,28
persen. Tertinggi berikutnya adalah Diploma I II dan III dan Sekolah Menengah kejurusan
SMK masing-masing 4,91 persen. Serta sekolah menengah umum sebesar 2,87 persen.
Lulusan perguruan tinggi, lanjut Andung, jangan berharap langsung bekerja di posisi yang
tinggi. idealnya harus dimulai dari nol. Dan begitupun lulusan SMA/SMK.
"Jangan hanya mengandalkan ijazah, tambahi kompetensi lain, misalnya ikut pelatihan-
pelatihan, kursus. Bekali diri dengan soft skill, paling utama adalah bahasa. karena sekarang
sudah era globalisasi," pungkasnya. (Ive)
Page 57 of 65.