Page 207 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JULI 2020
P. 207
tuli, netra, dan fisik. Menurut dia, yang agak rawan dan membutuhkan perhatian itu disabilitas
netra.
"Dengan hormat, kalau perlu dalam kesempatan kerja ini harus diperjelas. Dalam pelatihan
terhadap disabilitas tuli itu disediakan penerjemah bahasa isyarat supaya mereka bisa
mengikuti," ujarnya saat dihubungi Koran SINDO, kemarin.
Dia juga meminta perusa-haan-perusahaan tidak membatasi usia untuk pekerja yang berasal
dari kalangan disabilitas. Alasannya, banyak orang yang menjadi disabilitas saat sudah dewasa.
Mereka biasa berhenti sekolah dan menjalani rehabilitasi. Sedangkan masa rehabilitasi dan
akhirnya melanjutkan sekolah lagi itu membutuhkan waktu. "Saat selesai menempuh
pendidikan, usia penyandang disabilitas rata-rata sudah lewat batas yang ditetapkan
kebanyakan perusahaan," katanya.
Selain itu PPDI juga meminta pemerintah pusat dan daerah harus menyediakan sarana
transportasi yang ramah terhadap penyandang disabilitas demi memudahkan mobilitas mereka
menuju ke tempat bekerja dan usaha. Dia pun meminta angkutan umum yang low deck
diperbanyak.
"Ada yang sudah low deck. Kalau low deck dan pakai kursi roda itu dari trotoar tinggal tambah
10-15 cm pas untuk masuk. Tinggal yang low deck ini operasionalnya haru di lokasi yang banyak
disabilitasnya. Di tempat yang banyak pantinya," terangnya.
Fendo Parama Sardi dari lembaga swadaya masyarakat yang membantu penyandang disabilitas
Yayasan Chesire Indonesia menandaskan, tidak hanya memberikan bantuan tapi penyandang
disabilitas juga memerlukan pengembangan kemampuan dari pemerintah dan berbagai
pemangku kepentingan.
"Sedikit masukan untuk pemerintah karena sekarang lagi gencarnya memberi dana bantuan tapi
tidak jelas kelanjutannya. Seharusnya teman-teman disabilitas dapat dilatih dulu untuk
mengelola dana itu," kata Manajer Program Yayasan Chesire Indonesia itu dalam diskusi virtual
Sapa Alumni oleh My America Surabaya yang dipantau dari Jakarta, kemarin.
Menurut dia, dana bantuan tentu merupakan hal yang baik tapi diharapkan ada kelanjutan
pemberdayaan agar penyandang disabilitas bisa mengembangkan kemampuan mereka dan
tidak hanya menerima bantuan.
Dia kemudian menuturkan, sejauh disabilitas masih dilihat sebagai objek amal, bukannya
dipandang sebagai subjek yang harus diberdayakan kemampuannya. Dia berharap pemerintah
dan segala pemangku kepentingan dapat membuat kebijakan yang dapat mendorong
pemberdayaan berkelanjutan bagi penyandang disabilitas di Indonesia. "Jadi tidak habis untuk
konsumsi tapi dikasih bantuan atau pelatihan agar teman-teman disabilitas bisa berdaya untuk
kemandirian," tegas Fendo.
fw bahtiar/shamil/ sindonews.com/ant
206