Page 56 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 Maret 2021
P. 56

Pernyataan  tersebut  Ida  sampaikan  saat  melakukan  pertemuan  secara  daring  dengan  wakil
              otoritas Taiwan, yakni Kepala Kantor Taipei Economic and Trade Office in Jakarta (TETO Jakarta)
              Jon C.Chen, Kamis.

              Dalam kesempatan itu, ia mengungkapkan, pihaknya ingin memperoleh informasi terkait sikap
              Taiwan terhadap penetapan Peraturan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)
              Nomor 9 Tahun 2020 tentang pembebasan biaya penempatan.

              "Sebagai  pembuat  kebijakan  atau  regulator,  kami  ingin  agar  kebijakan  yang  kami  keluarkan
              adalah tepat dan applicable (sesuai) dengan kondisi yang ada," kata Ida.

              Selain memperoleh informasi, ia juga ingin meminta kejelasan, sekaligus membahas rencana
              penempatan kembali PMI ke Taiwan.

              Hal tersebut Ida lakukan dalam upaya meningkatkan kerja sama ketenagakerjaan, khususnya
              bidang penempatan dan perlindungan PMI.

              Ia menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), PMI yang bekerja
              di Taiwan saat ini berjumlah sekitar 265.000 orang. Jumlah ini menempati urutan terbesar kedua
              setelah Malaysia.

              "Jumlah yang sangat besar ini tentu tidak terlepas dari baiknya perlindungan dan kesejahteraan
              yang diterima oleh para PMI di Taiwan," kata Ida.

              Namun, sejak Desember 2020, pihak otoritas Taiwan telah mengeluarkan kebijakan penghentian
              sementara untuk penempatan PMI akibat ditemukannya sejumlah pekerja migran dari Indonesia
              yang terpapar Covid-19.

              Terkait  hal  ini,  pihak  otoritas  Taiwan  meminta  Pemerintah  Indonesia  melakukan  supervisi
              terhadap  Perusahaan  Penempatan  PMI  (P3MI)  yang  telah  menempatkan  pekerja  migran
              terjangkit Covid-19.

              Merespons otoritas Taiwan, tim evaluasi yang terdiri dari Kemnaker, Kementerian Kesehatan
              (Kemenkes),  dan  BP2MI  langsung  melakukan  supervisi terhadap  14 P3MI  yang  diduga telah
              menempatkan PMI tersebut.

              "Hasil supervisi telah kami sampaikan kepada pihak otoritas Taiwan. Oleh karenanya, dalam
              pertemuan  ini,  kami  ingin  mendapatkan  kejelasan  dan  tanggapan,  serta  tindak  lanjut  dari
              Otoritas Taiwan atas hasil supervisi dimaksud," ucap Ida.

              Pada kesempatan tersebut, Menaker Ida turut menanyakan permasalahan tentang nasib 400
              awak kapal Indonesia yang stranded (terdampar) di perairan Taiwan.

              Ratusan awak Indonesia tersebut bekerja pada kapal-kapal non-Taiwan. Hingga kini, mereka
              tidak bisa pulang ke Tanah Air karena belum mendapat izin otoritas berwenang di Taiwan untuk
              sign off (keluar) dari negara ini.
              "Saya  meminta  kejelasan  dan  kepastian  tentang  kapan  izin  sign  off  dapat  diberikan.  Hal  ini
              karena, kondisi para awak kapal sudah sangat rentan secara mental maupun fisik," kata Ida.

              Pemerintah Indonesia, lanjut dia, sangat menaruh perhatian terhadap kasus-kasus awak kapal
              di luar negeri.

              Atas  dasar  kemanusiaan  dan  guna  menghindari  hal-hal  yang  dapat  merugikan.  Pemerintah
              Indonesia berharap, otoritas Taiwan dapat segera mengeluarkan izin sign off terhadap awak
              kapal Indonesia yang stranded di Taiwan Menanggapi hasil supervisi terhadap 14 P3MI, Jon


                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61