Page 40 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 SEPTEMBER 2021
P. 40
Jumlah tersebut, urainya, terdiri dari 4 juta atau 90,68 persen pekerja kelapa sawit besar swasta
nasional; 321 ribu atau 7,26 persen pekerja kelapa sawit besar milik negara; dan 91 ribu atau
2,07 persen pekerja kelapa sawit besar milik swasta asing.
Ia mengatakan, hubungan kerja pekerja/buruh sektor perkebunan sawit sebagian besar
dilakukan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), termasuk di dalamnya pekerja
harian.
"Ini berdampak pada perlindungan dan syarat kerjanya tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), Alih Daya, Waktu Kerja, Waktu Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja," bebernya.
Putri menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan November tahun 2020,
jumlah total luas area kelapa sawit di Indonesia mencapai sekitar 14,60 juta hektar. Dari luasan
tersebut, Perkebunan Besar Negara (PBN) memiliki sebagian kecil yaitu 614.756 hektar atau 4,29
persen; sementara sebagian besar diusahakan oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) yaitu
sebesar 55,09 persen atau seluas 7.892.706 hektar dari total produksi minyak sawit Indonesia.
"Oleh karena itu, sektor kelapa sawit menjadi salah satu isu hubungan industrial yang perlu
diperhatikan, khususnya mengenai perlindungan tenaga kerjanya," ucapnya.
Lebih lanjut, Putri menyatakan komitmen pemerintah yang berkepentingan agar produk-produk
hasil industri dapat diterima secara kompetitif di pasar global. Dalam konteks ini, beberapa
pembeli (buyers) terkadang menghendaki adanya standar-standar produksi yang harus dipenuhi
oleh perusahaan atau industri.
"Terkait sektor ketenagakerjaan perlu adanya penerapan standar kerja layak (decent work) di
sektor kelapa sawit," lanjutnya.
Selain itu, Ia mengatakan bahwa kondisi hubungan kerja di sektor kelapa sawit tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak, yang memunculkan berbagai kemungkinan terburuk akibat dari
pandemi Covid-19 seperti penutupan pabrik karena kasus penularan.
"Perlunya antisipasi kemungkinan terburuk akibat pandemi Covid-19 dengan meningkatkan
kualitas dialog sosial dalam merespon dampak kemungkinan akibat pandemi terutama dampak
pada kondisi hubungan kerja," tuturnya.
Melihat kemungkinan tersebut, Putri mengharapkan dari dialog sosial ini dapat merumuskan dan
menyepakati hal-hal yang akan menjadi solusi bersama, khususnya dalam meningkatkan
produktivitas serta kesejahteraan pekerja sektor kelapa sawit.
"Adanya gagasan serta rekomendasi tentang pelaksanaan hubungan kerja dalam
penyempurnaan regulasi, khususnya terkait hubungan kerja di sektor kelapa sawit dalam
meningkatkan produktifitas kerja dan kesejahteraan pekerja," tandasnya.
Lebih lanjut, Putri juga mengatakan bahwa Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah,
menginginkan agar sektor kelapa sawit bisa berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja.
Sebab, seiring dengan penyerapan tenaga kerja akan terjadi peningkatan produksi kelapa sawit.
Pada dialog ini hadir secara langsung Staf Khusus Menaker, Dita Indah Sari; GAPKI Pusat dan
Daerah terdiri dari 9 Federasi SP/SB dan Federasi SP BUN; serta peserta secara virtual dari 16
Disnaker Provinsi yang memiliki wilayah pembinaan sektor kelapa sawit.
Dialog ini juga menghasilkan 11 komitmen bersama antara Organisasi Pengusaha dengan SP/SB
Sektor Kelapa Sawit. rmol news logo article
39