Page 297 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 SEPTEMBER 2021
P. 297

pribadi  dan  orangtua  lantaran  gaji  dipotong,  mengalami  pemutusan  hubungan  kerja,  serta
              sepinya dan kebrangkutan usaha.
              “Bahkan  untuk  masyarakat  kelas  bawah  banyak  yang  berpendapat  bahwa  PPKM  dan  WFH
              (bekerja  dari  rumah)  relevan  bagi  kalangan  kelas  menengah  atas.  Sementara  mereka  yang
              mengandalkan pekerjaan harian kesulitan mendapatkan pemasukan,” ujarnya.

              Sebagian besar perbincangan di media sosial atau sekitar 75 persen berisi keluhan turunnya
              pendapatan dan gaji yang kecil.

              Selain  itu,  lanjut  Azzam,  sentimen  negatif  masyarakat  terkait  pengangguran,  pemutusan
              hubungan kerja, dan lowongan pekerjaan juga mendominasi. Sebanyak 90 persen perbincangan
              di media sosial menunjukkan hal itu.

              Pada  umumnya  mereka  menyatakan,  PPKM  dan  pandemi  yang  masih  belum  berakhir  akan
              menambah  jumlah  pekerja  yang  dirumahkan  atau  dikurangi  jam  kerjanya.  Beberapa  lulusan
              perguruan tinggi juga menganggap lowongan pekerjaan semakin sedikit dan mengaku kusulitan
              mendapatkan pekerjaan.

              Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, upah atau gaji buruh, karyawan, dan pegawai, serta
              pekerja bebas di sektor pertanian dan nonpertanian pada Februari 2021 dibandingkan Februari
              2020 turun. Rata-rata upah buruh, karyawan, dan pegawai pada Februari 2021 sebesar Rp 2,86
              juta per bulan atau turun dari Februari 2020 yang sebesar Rp 2,911 juta per bulan. Dalam periode
              yang  sama,  rata-rata  upah  pekerja  bebas  di  sektor  pertanian  juga  turun  dari  Rp  1,070  juta
              menjadi Rp 1,031 juta.

              Menurut Azzam, di tengah tergerusnya pendapatan tersebut, keluhan masyarakat di media sosial
              terkait biaya pendidikan pengeluaran untuk kesehatan meningkat cukup tinggi. Perbincangan
              tentang  pendidikan  meningkat  30  persen,  terutama  terkait  kesulitan  membayar  uang  kuliah
              tunggal (UKT), sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), dan buku pelajaran.
              Adapun perbincangan tentang kesehatan meningkat tiga kali lipat, terutama di pekan kedua
              PPKM darurat. Sebanyak 80 persen dari perbincangan di media sosial berisi tentang keluhan
              harga obat, vitamin, dan oksigen yang melambung tinggi, serta biaya isolasi mandiri yang mahal.

              “Mereka menilai kebutuhan rakyat selama PPKM kurang dijamin oleh pemerintah. Pemerintah
              seharusnya  hadir  secara  optimal  untuk  mengatasi  persoalan-persoalan  di  berbagai  sektor
              kehidupan tersebut,” kata Azzam.

              Masyarakat masih pesimistis

              Sementara itu, Eko berpendapat, kegelisahan masyarakat tersebut juga tercermin dari Indeks
              Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2021. Bank Indonesia menyebutkan, IKK pada bulan
              tersebut sebesar 77,3 atau lebih rendah dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 80,2.

              “Angka IKK pada Agustus 2021 itu merupakan yang terendah dalam 12 tahun terakhir ini. IKK
              yang  masih  berada  di  bawah  100  ini  mengindikasikan  bahwa  masyarakat  masih  pesimistis
              dengan kondisi ekonomi saat ini,” ujarnya.

              Angka IKK pada Agustus 2021 itu merupakan yang terendah dalam 12 tahun terakhir ini. IKK
              yang  masih  berada  di  bawah  100  ini  mengindikasikan  bahwa  masyarakat  masih  pesimistis
              dengan kondisi ekonomi saat ini.
              Pesimisme  masyarakat  juga  ditunjukkan  oleh  Indeks  Kondisi  Ekonomi  Saat  Ini  (IKE)  yang
              dihitung dari tiga komponen indeks, yaitu penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan


                                                           296
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302