Page 114 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 114

KEMNAKER TEMUKAN MODUS OPERANDI PMI PROSEDURAL DAN NON
              PROSEDURAL DI LOKASI ISOLASI CPMI BATAM
              Pengawas Ketenagakerjaan, Ditjen Binwasnaker dan K3 bersama Tim Satgas Pelindungan PMI,
              Ditjen Binapenta dan PKK, Kementerian Ketenagakerjaan melakukan inspeksi mendadak (sidak)
              ke beberapa hotel yang menjadi tempat isolasi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI), di Kota
              Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (16/8/2021).

              Dirjen Binwasnaker dan K3, Haiyani Rumondang, menurunkan Tim Pengawas Ketenagakerjaan
              bersama Tim Satgas PMI Ditjen Binapenta dan PKK untuk melakukan Sidak di Batam.

              Dalam  Sidak  tim  gabungan  yang  dipimpin  oleh  Koordinator  Norma  Pelatihan,  Penempatan
              Tenaga Kerja, Hubungan Kerja, dan Kebebasan Berserikat, FX Watratan, menemukan 46 CPMI
              yang ditampung di Hotel Penuin Batam, Hotel Redlink, dan De Merlion Hotel.

              Di  Hotel Penuin  ditemukan  45  CPMI  memiliki  dokumen  dan  1  CPMI  tidak  memiliki  dokumen
              lengkap.

              Ke-46  CPMI  yang  seluruhnya  perempuan  tersebut  diduga  akan  diberangkatkan  bekerja  ke
              negara Singapura.

              "Saat ini Tim masih mendalami dokumen yang dimiliki 45 CPMI tersebut," kata Direktur Binariksa
              Kemnaker, Yuli Adiratna, Senin (16/8/2021).

              Yuli  Adiratna  menjelaskan  ke-45  CPMI  tersebut  diduga  diberangkatkan  oleh  beberapa
              Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI).

              Salah  satunya  diduga  dilakukan  oleh  PT  CKS  yang  berlokasi  di  Malang,  yang  akan
              memberangkatkan 13 CPMI ke Singapura.

              "Menurut informasi, dokumennya ada, tapi kita akan dalami apakah sesuai regulasi atau tidak,"
              lanjut Yuli Adiratna.
              Dari hasil pengembangan sidak di Hotel Penuin, Batam, Kemnaker menduga modus operandi
              yang  dilakukan  yakni  dengan  cara  "mengoplos"  (mencampur)  CPMI  prosedural  (memiliki
              dokumen) dengan nonprosedural (tak berdokumen).

              Selanjutnya,  Yuli  Adiratna  menegaskan  pihaknya  pun  akan  mendalami  P3MI  yang
              bertanggungjawab menempatkan 45 CPMI yang dikarantina di beberapa hotel di kota Batam
              dan satu CPMI yang diduga ditempatkan secara non procedural.

              Yuli Adiratna menambahkan, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan Pemda Kepri, Disnaker
              Kota Batam, dan BP2MI Kota Batam untuk memastikan apakah 46 CPMI tersebut sudah tercatat
              dalam Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN).

              Tim juga melakukan komunikasi dengan Satgas COVID-19 di Kota Batam dan Provinsi Kepri.

              "Komunikasi  ini  untuk  memastikan  bahwa  hotel  tempat  penampungan  46  CPMI  tersebut
              direkomendasikan sebagai salah satu tempat isolasi atau karantina sesuai protokol kesehatan,"
              katanya seraya memastikan Tim telah berkoordinasi dengan Kepolisian, Disnaker Batam dan
              BP2MI.

              Koordinator Penempatan Hubungan Kerja dan Kebebasan Berserikat Dit. Binareksa Kemnaker,
              FX.  Watratan,  menambahkan  selaku  penegak  hukum  ketenagakerjaan,  pihaknya  akan
              menindaklanjuti  kasus  ini  sesuai  ketentuan  Undang-Undang  Nomor  18  Tahun  2017  tentang
              Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, termasuk dugaan adanya tindak pidana ketenagakerjaan.

                                                           113
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119