Page 408 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 408

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Indah
              Anggoro  Putri,  mengatakan,  Kepmenaker  No.104  Tahun  2021  mencakup  3  hal.  Pertama,
              pelaksanaan sistem kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan bekerja di kantor/tempat
              kerja atau Work From Office (WFO). Kedua, pelaksanaan upah dan hak-hak pekerja lainnya.

              "Dalam Kepmenaker tersebut, kita sampaikan acuan atau pedoman bagi pengusaha dan pekerja,
              yaitu pengusaha yang memberlakukan sistem kerja WFH tetap wajib membayar upah," kata
              Putri.

              Sedangkan  untuk  WFO,  harus  diatur  persentase  pekerja  yang  bekerja  secara  WFO,  serta
              pengaturan  shifting  atau  pembagian  waktu  kerja  dan  hari  kerja  dalam  satu  bulan  secara
              bergiliran.

              "Jam kerja juga diatur dengan sebaik-baiknya, dengan mengutamakan mereka yang sehat. Bagi
              ibu hamil atau rentan sakit, agar bekerja dari rumah saja," kata Putri menjelaskan.

              Dalam Kepmenaker No. 104 Tahun 2021 ini juga dijelaskan mengenai perusahaan yang terpaksa
              merumahkan pekerja karena dampak pandemi Covid-19, yang mana pekerja/buruh tetap berhak
              atas gaji/upah saat dirumahkan.

              "Lalu perusahaan yang secara finansial tidak mampu membayar upah bagi para pekerja, maka
              pengusaha dan pekerja dapat membuat kesepakatan penyesuaian upah," tambahnya

              Menurut Putri, perhitungan iuran manfaat jaminan sosial bagi pekerja, pesangon, dan hak-hak
              lain bagi pekerja, yang dihitungkan dengan upah, maka harus mengacu kepada upah sebelum
              penyesuaian.

              Adapun  ruang  lingkup  ketiga  yang  diatur  dalam  Kepmenaker  104  Tahun  2021  adalah
              pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
              Dalam  Kepmenaker  ini,  PHK  adalah  jalan  terakhir  dan  satu-satunya  yang  bisa  diambil  jika
              pandemi Covid-19 berdampak terhadap keberlangsungan usaha. "Tetapi PHK harus jalan paling
              akhir kalau sudah dilakukan upaya-upaya lain kemudian tidak ada jalan lain maka terpaksa PHK,
              namun  harus  suatu  keputusan  bersama  antara  pengusaha  dan  pekerja,"  kata  Dirjen  Putri
              menegaskan.

              Putri memberi catatan, jika PHK terpaksa dibuat karena ketidakmampuan finansial perusahaan,
              maka harus dibuktikan dengan laporan finansial perusahaan bahwa perusahan tersebut sudah
              tidak mampu.

              "Dalam dialog bipartit dengan putusan PHK kiranya melibatkan dinas ketenagakerjaan setempat.
              Jangan  lupa  hak-hak  pekerja  ini  harus  tetap  diberikan,  walaupun  perusahaan  itu  bangkrut,"
              pungkasnya.


















                                                           407
   403   404   405   406   407   408   409   410   411   412   413