Page 415 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 415

Ringkasan

              Kementerian  Ketenagakerjaan  menerbitkan  aturan  yang  mengatur  hubungan  kerja  di  masa
              pandemi  COVID-19,  khususnya  di  masa  Pemberlakuan  Pembatasan  Kegiatan  Masyarakat
              (PPKM).  Salah  satunya, perusahaan  boleh  melakukan  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  jika
              keadaan finansial perusahaan sudah tidak mampu. Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan
              Menteri  Ketenagakerjaan  RI  (Kepmenaker)  Nomor  104  Tahun  2021  tentang  Pedoman
              Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).



              PERUSAHAAN BOLEH LAKUKAN PHK JIKA FINANSIAL SUDAH TAK MAMPU

              Kementerian  Ketenagakerjaan  menerbitkan  aturan  yang  mengatur  hubungan  kerja  di  masa
              pandemi  COVID-19,  khususnya  di  masa  Pemberlakuan  Pembatasan  Kegiatan  Masyarakat
              (PPKM).  Salah  satunya, perusahaan  boleh  melakukan  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  jika
              keadaan finansial perusahaan sudah tidak mampu.

              Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI (Kepmenaker) Nomor
              104 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi Corona
              Virus Disease 2019 (COVID-19).

              "Kepmenaker ini adalah sebagai wujud respons Kementerian Ketenagakerjaan terhadap adanya
              dampak  pandemi  COVID-19  dalam  hubungan  kerja,"  kata  Menteri  Ketenagakerjaan,  Ida
              Fauziyah, di Jakarta, Senin (16/8).

              Menaker menyebut pandemi COVID-19 adalah masalah bersama bagi pemerintah, pengusaha,
              dan pekerja/buruh. Sehingga, penanganan dampak pandemi ini membutuhkan komitmen dan
              kerja sama semua pihak.
              "Oleh karena itu, dalam Kepmenaker ini kita ingin menekankan pentingnya dialog sosial. Karena
              kita ingin semua pihak benar-benar terlindungi dari dampak pandemi ini," kata Menaker.

              Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Indah
              Anggoro  Putri,  menjelaskan,  Kepmenaker  No.104  Tahun  2021  mencakup  3  hal.  Pertama,
              pelaksanaan sistem kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan bekerja di kantor/tempat
              kerja atau Work From Office (WFO). Kedua, pelaksanaan upah dan hak-hak pekerja lainnya.

              "Dalam Kepmenaker tersebut, kita sampaikan acuan atau pedoman bagi pengusaha dan pekerja
              yaitu pengusaha yang memberlakukan sistem kerja WFH tetap wajib membayar upah," kata
              Dirjen Putri.

              Sedangkan  untuk  WFO,  harus  diatur  persentase  pekerja  yang  bekerja  secara  WFO,  serta
              pengaturan  shifting  atau  pembagian  waktu  kerja  dan  hari  kerja  dalam  satu  bulan  secara
              bergiliran. "Jam kerja juga diatur dengan sebaik-baiknya dengan mengutamakan mereka yang
              sehat. Bagi ibu hamil atau rentan sakit agar bekerja dari rumah saja," ujar Dirjen Putri.

              Selanjutnya, dalam Kepmenaker No. 104 Tahun 2021 ini juga dijelaskan mengenai perusahaan
              yang terpaksa merumahkan pekerja karena dampak pandemi COVID-19. Di mana pekerja/buruh
              tetap berhak atas gaji/upah saat dirumahkan.

              "Lalu perusahaan yang secara finansial tidak mampu membayar upah bagi para pekerja, maka
              pengusaha dan pekerja dapat membuat kesepakatan penyesuaian upah," jelasnya.

              Selain itu, perhitungan iuran manfaat jaminan sosial bagi pekerja, pesangon, dan hak-hak lain
              bagi  pekerja,  yang  dihitungkan  dengan  upah,  maka  harus  mengacu  kepada  upah  sebelum

                                                           414
   410   411   412   413   414   415   416   417   418   419   420